Senin, 09 November 2009

PREPOSISI MIN DALAM AL-QUR'AN

PREPOSISI MIN DALAM AL-QUR'AN
DAN TERJEMAHANNYA DALAM BAHASA INDONESIA;
KAJIAN PROBABILITAS EKUIVALENSI

Kholisin
Dosen Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang

ملخّص: “من” في العربية تعتبر من الأدوات التي لها معان مختلفة حسب موقعها في الجملة. هذا البحث يحاول على تحليل معاني "من" النحوية و تفصيل ترجمتها في اللغة الإندونيسية. وقد دلّ نتيجة البحث على أنّ "من" لها ثمانية معان نحوية وهي التبعيض وابتداء الغاية الزمانية والمكانية والبيان والزيادة وتأكيد النفي والمقارنة والتأدية والبدل. ولهذه المعاني ترجمتها المتنوعة في اللغة الإندونيسية, حيث يبلغ عددها خمس عشرة صيغة وهي: الصفر و dari, dari pada, di antara, sebagian dari, pun, termasuk, sekali-kali, di, sejak, kepada, salah seorang dari, sebagai ganti dari, sdikitpun, selain dari pada,yaitu.

Kata kunci: preposisi min, makna gramatikal, terjemahan.


Salah satu permasalahan yang sering muncul dalam proses penerjemahan adalah masalah semantis, yakni hilangnya (biasnya) kandungan makna bahasa sumber (BSu) ketika diungkapkan dalam bahasa sasaran (BSa). Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam hal ini menurut Nida dan Taber (1974) adalah masalah (1) idiom, (2) makna figuratif, (3) pergeseran komponen sentral makna, (4) makna generik dan spesifik, (5) ungkapan yang bersifat pleonastik, (6) bentuk-bentuk khusus, (7) redistribusi komponen semantik, (8) contextual conditioning.
Idiom termasuk salah satu unsur yang sering memerlukan penyesuaian, karena apa yang diungkapkan secara idiomatis dalam suatu bahasa seringkali tidak memiliki padanan yang tepat dalam bahasa lain. Penyesuaian idiom dapat dilakukan dengan tiga cara: (a) dari idiom ke idiom, (b) dari idiom ke nonidiom, dan (c) dari nonidiom ke idiom (Nida & Taber 1974).
Hampir sama dengan idiom adalah penerjemahan ungkapan-ungkapan figuratif. Dalam hal ini proses penerjemahan dapat terjadi pada tiga kemungkinan, yaitu (1) pergeseran dari ekspresi figuratif ke non figuratif, (2) pergeseran dari ekspresi figuratif ke ekspresi figuratif lainnya, (3) pergeseran dari nonfiguratif kefiguratif. Sebagai contoh, kata bahasa Arab ma:ta 'mati' seringkali diungkapkan dengan ungkapan-ungkapan figuratif seperti:
Arab Indonesia
Tuwuffiya *telah ditepati janjinya
'a:da ila: hana:ni rabbih kembali ke pangkuan Tuhan
*yada'u ad-dunya meninggal dunia
Pergeseran komponen sentral makna juga sering menjadi masalah dalam proses penerjemahan. Sebuah kata yang mempunyai sense khusus dalam suatu bahasa bisa jadi hilang atau berubah ketika diterjemahkan ke bahasa lain. Misalnya kata kata-kata tabu, kata-kata yang berhungan dengan makhluk gaib, dsb. Untuk mengungkapkan alat kelamin laki-laki, misalnya, dalam bahas Indonesia dipakai kata kemaluan (dari kata "malu" yang berhubungan dengan sifat/perasaan), sementara dalam bahasa Arab dipakai kata dzakar 'laki-laki' lawan dari untsa 'perempuan' yang menunjukkan jenis kelamin.
Masalah lain yang sering terjadi dalam penerjemahan adalah pergeseran dari makna generik ke makna spesifik atau sebaliknya. Misalnya, dalam bahasa Indonesia panggilan untuk keluarga (kandung) dibedakan berdasarkan umur, yang lebih muda dipanggil "adik", yang lebih tua dipanggil "kakak". Sementara dalam bahasa Arab panggilan itu dibedakaan berdasarkan jenis kelamin: akh untuk saudara laki-laki, ukht untuk saudara perempuan, tanpa memperhatikan faktor usia.
Ungkapan-ungkapan pleonastik juga termasuk ciri khas suatu bahasa yang biasanya sering berbeda dengan bahasa lain. Dalam penerjemahan ungkapan-ungkapan tersebut sering terjadi pergeseran makna, sehingga seorang penerjemah harus berhati-hati. Frase "turun kebawah" dan "naik ke atas", umpamanya, tidak diterjemahkan dalam bahasa Arab dengan *yanzilu ilal asfal dan *yas'udu ilal fauq, melinkan cukup dengan yanzilu 'turun' dan yash'udu 'naik'. Sementara frasa aja:ba qa:ilan 'menjawab sambil berkata', cukup diterjemahkan 'menjawab'.
Hal lain yang perlu mendapat perhatian khusus dalam proses penerjemahan adalah bentuk-bentuk khusus yang erat kaitannya dengan unsur budaya setempat, unsur sejarah unsur religius, atau unsur-unsur lokal lainnya. Setiap bahasa biasanya mempunyai ungkapan-ungkapan khusus seperti itu yang tidak dapat diterjemahkan begitu saja ke bahasa lain tanpa mengetahui unsur budaya BSu. Misalnya, 'Umairan 'dua Umar' (maksudnya adalah Abu Bakar dan Umar (keduanya sahabat setia Nabi Muhammad), qamarain 'dua bulan', maksudnya adalah matahari dan bulan.
Dalam menerjemahkan berbagai bentuk ungkapan yang tidak dapat diterjemahkan secara harfiah atau apa adanya tersebut ada beberapa langkah yang dapat ditempuh oleh penerjemah. Di antaranya adalah redistribusi komponen-komponen semantik dan penyesuaian kontekstual (contextual conditioning). Redistribusi komponen semantik dapat dilakukan melalu dua cara, yaitu (1) analisis (analytic) dan (2) sintesis (synthetic). Analitik adalah distribusi komponen makna suatu kata menjadi sejumlah kata yang berbeda-beda, sedangkan sintetik adalah penggabungan sejumlah komponen semantik menjadi satu istilah tunggal.
Penyesuaian kontekstual ditempuh untuk mengantisipasi kemungkinan-kemungkinan berikut: (1) teks terjemahan akan dipahami secara salah oleh para pembaca, (2) teks tidak bermakna apa-apa bagi pembaca (bias), (3) bahasa terjemahan mengandung tidak jelas atau berbelit-belit sehingga sulit difahami oleh pembaca. Tiga kemungkinan itu dapat terjadi karena berbagai sebab, seperti perbedaan material culture, masalah historis, religius, dsb. Contoh: Abha 'kota Abha', at-ti::n 'pohon tin'. Penyebutan "kota" dan "pohon" itu penting bagi orang Indonesia karena Abha dan tin secara material tidak ada di Indonesia.
Menurut Richard M. Hohulin (dalam Gunawan, 1992) sasaran terpenting dari setiap penerjemah adalah menghasilkan terjemahan yang secara dinamis sepadan dengan amanat teks Bsu. Padanan dinamis adalah padanan wajar yang terdekat dengan Bsu. Yang dimaksud padanan wajar di sini adalah kesesuaian isi pesan teks sumber (TSu) dengan teks sasaran (TSa). Usaha untuk mencari padanan yang wajar itu tidak jarang harus mengorbankan korespondensi formal, yakni kesesuaian struktur TSu dengan struktur TSa (Hoed, 1995 dan 1999). Selain terjadi pergeseran struktur dalam penerjemahan juga seringkali terjadi pergeseran makna atau pergeseran semantis. Bertolak dari konsep pergeseran ini, Hoed (1995 dan 1999) menyarankan dua teknik dasar untuk memecahkan masaalah penerjemahan melalui pergeseran, yakni transposisi dan modulasi. Transposisi adalah teknik yang menggunakan terjemahan dengan struktur yang berbeda (perbedaan bentuk), sedangkan modulasi adalah teknik yang menggunakan sudut pandang atau luasan semantis yang berbeda-beda dalam penerjemahan.
Menurut Catford (1965:73) pergeseran yang terjadi pada transposisi dapat berupa pergeseran kategori dan pergeseran struktur, sedangkan pergeseran makna dalam modulasi dapat berupa pergeseran sudut pandang dan pergeseran medan makna (cf. Djajasudarma, 1993; Lyons, 1995). Pergeseran makna yang terjadi pada tataran kata bukan terbatas pada kata-kata yang bermakna secara leksikal (full word-form/lexical word form), melainkan juga pada kata-kata yang bermakna secara gramatikal (empty word form) seperti preposisi dan konjungsi.
Penelitian ini akan mengkaji salah satu preposisi dalam bahasa Arab, yakni min, dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia. Salah satu preposisi yang mempunyai makna gramatikal yang beragam adalah min. Menurut Al-Ghalayaini (1994: 3/170) min mempunyai delapan makna, yaitu (1) ibtida'ul ghayah al-zamaniyyah wal makaniyyah, yakni menunjukkan awal dari rentangan spasial atau rentangan waktu, (2) tab'i:dl, yakni menunjukkan arti sebagian, (3) baya:n, yakni berfungsi sebagai kata penjelas/penegas, (4) ta'ki:d, yakni penguat sebuah statemen, (5) badal, yakni kata sesudahnya sebagai ganti dari kata sebelumnya, (6) dharfiyyah, menunjukkan makna tempat atau waktu, (7) Sababiyyah, yakni menunjukkan keterangan sebab akibat, dan (8) ma'na 'an, yakni bermakna jauh dari. Perbedaan makna itu berkaitan dengan perbedaan fungsinya secara gramatikal.

METODE PENELITIAN
Penelitian ini bertujuan mengkaji pola pemakaian preposisi min dalam Alqur'an dan terjemahannya ke dalam bahasa Indonesia. Tujuan tersebut dijabarkan sebagai berikut. (1) Mengidentifikasi variasi bentuk terjemahan preposisi min dalam bahasa Indonesia, (2) Membandingkan secara kuantitatif pemakaian masing-masing bentuk terjemahan, (3) Menjabarkan alasan pemilihan masing-masing bentuk terjemahan preposisi min tersebut dalam kaitannya dengan fungsinya dalam kalimat.
Sumber data penelitian ini adalah Alqur'an dan terjemahannya yang diterbitkan oleh Mujamma' Khadimil Haramain asy Syarifain al Malik Fahd li Thiba'atil Mush-haf asy Syarif (Pusat Pengadaan Alqur'an Raja Fahd), Madinah. Sampel yang diambil sebanyak tiga surat, yaitu surat 8 (Al-Anfal), surat 9 (At-Taubah) dan surat 36 (Yasin). Dua surat pertama termasuk kelompok surat al-mi'u:n (terdiri atas lebih dari 100 ayat), dan satu surat lainnya termasuk surat al-matsani (kurang dari seratus ayat). Korpus penelitiannya berupa semua preposisi min yang ada dalam tiga surat di atas dan terjemahannya dalam bahasa Indonesia.
Langkah awal dalam pengolahan data ini adalah klasaifikasi data, yakni pengelompokan data berdasarkan jenisnya, persamaan dan perbedaannya, strukturnya dan sebagainya sehingga dapat dimasukkan dalam tabulasi data. Setelah diklasifikasi, data dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif untuk menjawab tujuan penelitian nomor 1 dan 2, sedangkan analisis kualitatif untuk menjawab tujuan nomor 3.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Variasi bentuk terjemahan preposisi min
Dari hasil analisis data ditemukan sebanyak 133 preposisi min dalam tiga surat Alqur'an yang dijadikan sampel; 37 dalam surat Al-Anfal, 65 dalam surat At-Taubah, dan 31 dalam surat Yasiin. Dari 133 preposisi tersebut ditemukan 15 bentuk terjemahannya dalam bahasa Indonesia . Lima belas bentuk itu ada yang berupa peniadaan atau zero, ada yang berupa kata dan ada yang berupa frasa. Selengkapnya dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 1: Variasi Bentuk Terjemahan Preposisi Min dalam Bahasa Indonesia

No Bentuk Terjemahan Jumlah dalam Setiap Surat Jumlah
Al-Anfal At-Taubah Yasin Angka %
1. Ø (Zero) 13 20 8 41 31,3
2. Dari 14 10 13 37 27,8
3. Diantara 4 13 1 18 13,5
4. Daripada 3 6 1 10 7,5
5. Sebagian dari - 3 2 5 3,8
6. Pun 2 - 3 5 3,8
7. Termasuk 1 1 1 3 2,3
8. Sekali-kali - 1 1 2 1,5
9. Dari sebagian 1 1 - 2 1,5
10. Di - 2 - 2 1,5
11. Sejak - 2 - 2 1,5
12. Kepada - 1 - 1 0,7
13. Salah seorang dari - - 1 1 0,7
14. Sebagai ganti dari - 1 - 1 0,7
15. Sedikit pun - 1 - 1 0,7
16. Selain daripada - 1 - 1 0,7
17. Yaitu - 1 - 1 0,7
Total 37 65 31 133 100

Dari tabel di atas terlihat bahwa bentuk terjemahan preposisi min yang paling banyak muncul adalah Ø (Zero), yaitu 41 kali (31,3 %). Urutan berikutnya dari sebanyak 37 kali (27,8 %), di antara 18 kali (13,5 %), dari pada 10 kali (7,5 %), pun dan sebagian dari masing-masing 5 kali (3,8 %), termasuk 3 kali (2,3 %), dari sebagian, di, sekali-kali, dan sejak masing-masing 2 kali (1,5 %), dan sedikit pun, salah seorang dari, sebagai ganti dari, selain dari pada, yaitu, dan kepada masing-masing 1 kali (0,7 %). Adanya perubahan bentuk dan frekwensi kemunculan itu tentunya tidak lepas dari konteks dan co-text yang melingkupi kemunculan min dalam BSu. Oleh karena itu, pada bagian berikut akan diidentifikasi hubungan pemakaian masing-masing bentuk dengan co-text dan konteks pemakaian min dalam BSu.

B. Penjelasan Pemakaian Setiap Bentuk Terjemahan Preposisi min
Berikut akan dipaparkan hasil analisis alasan pemakaian masing-masing bentuk terjemahan min. Nomor yang ada di belakang setiap contoh adalah nomor surat dan nomor ayat yang dari contoh tersebut. Misalnya, 8/12 berarti surat 8 (Al-Anfa:l) ayat 12.

1. Ø (Zero)
Preposisi min diterjemahkan dengan Ø, artinya tidak diberi padanan kata apapun, jika berada pada salah satu konteks berikut
a. Min berada di antara numeralia ('adad) dan nomina yang dibilang (ma'du:d). Di sini min menunjukkan arti sebagian dari keseluruhan (tab'idl), misalnya:
(1) الف من الملائكة (8/9): (seribu Ø malaikat) → 'seribu malaikat'
b. Min berada di depan nomina temporal atau spasial (ism zaman/maka:n), seperti qabl 'sebelum', ba'd 'sesudah, dan baina 'di antara'. Contoh:
(2) والذين من قبلهم (8/54) → 'dan orang-orang Ø sebelum mereka'
c. Nomina sesudah min menjelaskan nomina taktakrif (ism mubham) seperti man 'orang/orang-orang' atau ma: 'sesuatu/apa saja/' yang mendahuluinya. Artinya min bermakna bayan, seperti:
(3) من اتّبعك من المؤمنين(8/64)→ (orang-orang yang mengikutimu Ø para mukminin) 'orang-orang mukmin yang mengikutimu'.
(4) ما استطعتم من قوّة (866)→ 'kekuatan apa saja yang kamu sanggupi' (apa saja yang engkau sanggupi Ø kekuatan)
d. Min berada di antara dua nomina yang membentuk frasa, seperti:
(5) رضوان من الله (8/77):(keridlaan Ø Allah) → 'keridlaan Allah'.
e. Min beridiom dengan verba, seperti:
(6) فيسخرون منهم (9/79)→ 'maka orang-orang munafik itu menghina Ø mereka'
Pada contoh di atas min beridiom dengan verba yaskhar untuk menunjuk-kan arti 'menghina'
f. KEHADIRAN MIN DIANGGAP ZIYADAH 'TAMBAHAN' SECARA SINTAKSIS. ARTINYA, SEKALIPIN MIN DIBUANG STRUKTUR KALIMAT TETAP BERTERIMA. PENAMBAHAN ITU BIASANYA SEBELUM OBJEK (MAF'UL BIH), MISALNYA:
(7) أعينهم تفيض من الدمع (9/92)→ 'mata mereka bercucuran Ø air mata'.

2. DARI
MIN DITERJEMAHKAN DENGAN DARI JIKA BERADA PADA KONTEKS-KONTEKS BERIKUT.
a. menandakan hubungan asal, misalnya:
(8) هو الحقّ من عندك (8/32) 'inilah yang terbaik dari engkau'.
(9) غضب من الله (8/16) 'murka dari Allah'.
b. menunjukkan suatu permulaan dari rentangan spasial (ibtida'ul ghayah al-makaniyyah), seperti:
(10) الّذين خرجوا من ديارهم (8/47) 'orang-orang yang keluar dari rumah mereka'.
c. menunjukkan perbandingan, seperti:
(11) يؤتيكم خيرا ممّا أخذ منكم ...…(8/70). 'Dia akan memberimu yang lebih baik dari apa yang telah di ambil daripadamu …'
3. Di antara
Min diterjemahkan dengan di antara jika menunjukkan hubungan bagian dari keseluruhan (tab'idl), seperti:
(12) الذين ظلموا منكم (8/25) 'orang-orang zalim di antara kamu'
(13) ومنهم من يقول (9/49) 'dan di antara mereka ada yang berkata'
4. Daripada
Min diterjemahkan dengan daripada jika berada pada konteks-konteks berikut
a. menunjukkan hubungan asal, seperti:
(14) …أمنة منه …(8/11). '…amanat daripada-Nya.
b. menunjukkan hubungan arah (spasial), seperti:
(15) إنّي بريء منكم (8/48) 'sesungguhnya saya berlepas diri daripadamu'
c. menunjukkan perbandingan, seperti:
(16) …كانوا أشدّ منكم قوّة (9/69) 'mereka lebih kuat daripada kamu'
d. menunjukkan hubungan bagian dari keseluruhan (tab'idl, seperti:
(17) طائفة منكم (9/66) 'segolongan daripada kamu'
5. Pun
Min diterjemahkan dengan pun jika berfungsi untuk mempertegas kenafian (kenegatifan). Biasanya berada di depan subjek atau objek dari verba yang dinegatifkan, seperi:
(18) ما يأتيهم من رسول (36/30) 'tiada datang kepada mereka seorang rasul pun' (tidak datang kepada mereka pun rasul)
(19) ما أنزل الرحمن من شيء (36/15): (tidak menurunkan Yang Maha Pemurah pun sesuatu) 'Yang Maha Pemurah tidak menurunkan sesuatu pun'.
6. Sebagian dari (dari sebagian) atau salah seorang dari
Min diterjemahkan dengan sebagian dari (dari sebagian) atau salah seorang dari ketika berfungsi tab'i:dl (menunjukkan sebagian dari nomina jamak atau nomina generik (isim jins) yang berada sesudahnya). Contoh:
(20) خذ من أموالهم صدقة (9/103) (ambillah dari harta mereka zakat) 'ambillah zakat dari sebagian harta mereka'.
(21) إنّك لمن المرسلين (36/3): (sesungguhnya kamu sungguh dari rasul-rasul) 'sesungguhnya kamu salah seorang dari rasul-rasul'.
(22) …آتاهم من فضله (9/76) (Allah memberi mereka dari karunia-Nya) 'Allah memberikan kepada mereka sebagian dari karunia-Nya'..
7. Termasuk
Min diterjemahkan dengan termasuk apabila menunjukkan bahwa suatu nomina yang mendahului min merupakan kelompok atau bagian dari nomina yang mengikuti min, seperti:
(23) فأولئك منكم (8/75) 'maka mereka termasuk golonganmu'.
(24) وجعلني من المكرمين (36/27) 'dan (Allah) menjadikan aku termasuk orang-orang yang dimulyakan'
8. Di
Min diterjemahkan dengan di apabila mendahului nomina spasial (ism maka:n) seperti tahta 'di bawah', contoh:
(25) تجري من تحتها الأنهار (9/72) 'yang mengalir dibawahnya sungai-sungai'
Dalam hal ini ada kemungkinan min diterjemahkan dengan Ø (zero), sebab seandainya min dilesapkan kalimat di atas masih tetap berterima secara struktural. Perhatikan: تجري تحتَها الأنهار. Jadi di sini kata di untuk menunjukkan fungsi objek dari adverbia tahta.
9. Sejak
Min diterjemahkan dengan sejak apabila mendahului nomina temporal yang menunjukkan masa lampau, seperti:
(26) أرصاداً لمن حارب الله ورسوله من قبل (9/107) 'untuk menunggu kedatangan orang-orang yang memerangi Allah dan Rasul-Nya sejak dulu'
(27) من أوّل يوم(9/108) 'sejak hari pertama'
10. Sekali-kali
Min diterjemahkan dengan sekali-kali apabila berfungsi mempertegas kenegatifan (ta'ki:d). Biasanya berada sebelum objek atau subjek yang dinafikan (bandingkan dengan no. 5 (pun)), seperti:
(28) وما تأتيهم من أية (36/46) 'dan sekali-kali tidak datang kepada mereka suatu tanda'
(29) ما لكم من دونه من وليّ 'sekali-kali tidak ada pelindung bagimu selain Allah'
11. Kepada
Min diterjemahkan dengan kepada apabila ditambahkan di depan nomina yang menjadi objek (ta'diyah/ta'ki:d), seperti:
(30) ولا ينالون من عدوّ نيلا (9/120) 'dan tidak menimpakan sesuatu bencana kepada musuh'
12. Sebagai ganti dari
Min diterjemahkan dengan sebagai ganti dari apabila menunjukkan hubungan perbandingan, seperti:
(31) أرضيتم بالحياة الدّنيا من الأخرة (9/38) 'apakah kamu puas dengan kehidupan dunia sebagai ganti dari akhirat.
13. Sedikitpun
Min diterjemahkan dengan sedikitpun apabila ditambahkan di depan nomina yang dinafikan wujudnya (ziyadah li ta'ki:din nafy), seperti:
(32) ما على المحسنين من سبيل (9/91) 'tidak ada jalan sedikitpun (untuk menyalahkan) orang-orang yang berbuat baik'.
Di sini fungsi min secara gramatikal adalah ziyadah (tambahan), tetapi secara semantis berfungsi memperkuat kenafian (ta'ki:dun nafy).
14. Selain dari pada
Min diterjemahkan dengan selain daripada apabila berada pada kalimat tanya yang membandingkan, seperti:
(33) ومن أوفى بعهده من الله (9/111) 'dan siapakah yang lebih menepati janji selain dari pada Allah
15. Yaitu
Min diterjemahkan dengan yaitu apabila mendahului nomina yaang menjadi penegas atau penjelas (baya:n) dari nomina sebelumnya, seperti:
(34) المعذّرون من الأعراب (9/90) 'orang-orang yang mengemukakan uzur, yaitu orang-orang Arab badui
Dari paparan hasil analisis di atas ditemukan adanya 15 bentuk terjemahan dari preposisi min dalam Alqur'an. Jika 15 bentuk terjemahan tersebut dikelompokkan berdasarkan fungsi min secara gramatikal, maka akan ditemukan sebanyak 8 fungsi, yaitu:
1) menunjukkan makna sebagian (tab'idl) dari keseluruhan. Bentuk dari fungsi ini adalah di antara, dari pada, sebagian dari, dan termasuk.
2) Menunjukkan makna permulaan dari rentangan spasial (ibtida'ul ghayah al-makaniyyah). Bentuk dari fungsi ini adalah dari dan daripada.
3) Menunjukkan makna permulaan dari rentangan waktu (ibtida'ul ghayah al-zamaniyyah). Bentuk dari fungsi ini adalah sejak.
4) Menunjukkan makna perbandingan. Bentuk dari fungsi ini adalah dari, daripada, dan selain dari pada.
5) Menunjukkan makna pengganti (badal). Bentuk dari fungsi ini adalah sebagai ganti dari.
6) Menunjukkan makna penguatan dari statemen yang berupa kalimat negatif (ta'ki:dun nafy). Bentuk dari fungsi ini adalah pun, sekali-kali, dan sedikitpun.
7) Menunjukkan makna penjelas dari nomina sebelumnya. Bentuk dari fungsi ini adalah zero dan yaitu.
8) Menunjukkan fungsi tambahan (ziyadah), yakni min tidak diartikan (zero).
Adanya perbedaan bentuk dari fungsi yang sama seperti di paparkan di atas mungkin disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain faktor bentuk kalimat di mana min merupakan bagian darinya. Misalnya, untuk fungsi tab'idl (sebagian) perhatikan contoh 13, 21, dan 24.
Pada contoh (13) ومنهم من يقول (9/49) 'dan di antara mereka ada yang berkata' min diterjemahkan di antara karena secara gramatikal dalam kalimat tersebut ada kata yang dilesapkan, yaitu kataكائن atau بعض . Hal ini sesuai dengan kaidah nahwu bahwa jika ada khabar dari ja:r majru:r, di situ ada kata yang dilesapkan.
Pad contoh (21) إنّك لمن المرسلين (36/3): 'sesungguhnya kamu salah seorang dari rasul-rasul', juga terdapat kata yang dilesapkan, yaitu kata أحد . Jadi jika kata tersebut tidak dilesapkan kalimatnya akan berbunyi إنّك لأحد من المرسلين , dan sebab itu maka terjemahannya menjadi salah seorang dari.
Pada contoh (24) وجعلني من المكرمين (36/27) 'dan (Allah) menjadikan aku termasuk orang-orang yang dimulyakan', min diterjemahkan dengan termasuk karena dlamir ي pada وجعلني menjadi bagian (inklusif) dari kata المرسلين yang berada setekah min.

SIMPULAN
Dari uraian di atas dapat ditarik simpulan sebagai berikut. Terdapat 15 bentuk terjemahan dari preposisi min dalam bahasa Indonesia; sebagian berupa kata dan sebagian berupa frasa. Dari 15 bentuk itu yang paling banyak frekuensi kemunculannya adalah Ø (zero), dari, di antara, dan dari pada. Perbedaan bentuk terjemahan itu disebabkan oleh perbedaan fungsi gramatikal preposisi min dalam kalimat, sedangkan perbedaan bentuk dari setiap fungsi yang sama lebih disebabkan oleh koteks di mana min berada. Dalam penelitian ini tidak ditemukan min yang berfungsi menunjukkan sebab akibat (sababiyyah). Seandainya pada sampel penelitian ditemukan fungsi tersebut, maka bentuk terjemahan dari preposisi min dimungkinkan akan lebih beragam.
Keterbatasan penelitian ini antara lain terletak pada sampel yang diambil, sehingga seandainya sampelnya diperbesar kemungkinan hasilnya akan lebih lengkap.

DAFTAR PUSTAKA
Catford, J.C. 1965. Linguistic Theori of Translation. London. Oxford University Press
Hohulin, Richard M. 1992. 'Mencari Padanan Dinamis dalam Penerjemahan'. Dalam Gunawan, Kencanawati (Penerj.). 1992. Sepuluh Makalah Mengenai Penerjemahan. Jakarta: Rebia Indah Perkasa.
Hoed, Benny H. 1995. "Prosedur penerjemahan dan akibatnya" dalam Lintas Bahasa, no 2/III/3/1995. Jakarta: Pusat Penerjemahan FS UI.
------------------. 1999. Teori Penerjemahan. Ringkasan ceramah pada Lokakarya Penerjemahan dalam rangka kerja sama Pusat Penerjemahan FS UI dengan Indonesia-Australia Language Foundation (IALF) Education for Development, Denpasar Bali Agustus 1999.
Al-Ghalayainiy, Musthafa. 1994. Ja:mi’ud Duru:sil ‘Arabiyyah. Beirut: Almaktabatul ‘Ashriyyah.
Nida, Eugen & Taber, Charles R. 1974. The Theory and Practice of Translation. Leiden: E.J. Brill
Departemen Agama RI. 1993. Alqur'an dan Terjemahnya. Medinah: Mujamma’ Khadim al Haramain asy Syarifain al Malik Fahd li Thiba’ati al Mush-haf asy Syarif (Pusat Penerbitan Alqur'an Raja Fahd, Medinah).

Tidak ada komentar:

Posting Komentar