Senin, 09 November 2009

JENIS DAN KONSTRUKSI IDIOM DALAM BAHASA ARAB

JENIS DAN KONSTRUKSI IDIOM DALAM BAHASA ARAB

Nurhidayati

ملخص: أسلوب التعبير هو تعبير يختلف معناه عن المعنى الكلّيّ لأجزاءه.. يتكوّن اسلوب االتعبير على النوعين، الأوّل: أسلوب التعبير الكلّيّ، والثانى: أسلوب التعبير االجزئي واذا تأمّلنا الى عناصره فوجد ثلاث صور، وهي على صورة الكلمة، التركيب، و الجملة.

الكلمات الرئيسة: أسلوب التعبير، أسلوب التعبير الكليّ، أسلوب التعبير الجزءيّ، أسلوب التعبير على صورة الكلمة، التركيب، والجملة.

Dalam berbahasa kita sering menemukan bahasa yang telah teradatkan, artinya bahasa yang sudah biasa dipakai seperti itu dalam suatu bahasa oleh para pemakainya. Mengenai idiom ini sering tidak dapat ditanyakan lagi mengapa begitu kata itu dipakai, mengapa begitu susunan dan artinya. Hubungan makna idiom dengan kata pembentuknya sering tidak jelas, oleh karena itu idiom tidak dapat dialihkan secara harfiah ke dalam bahasa lain; idiom harus menuruti arti sebenarnya dari ungkapan itu atau menggantikannya dengan ungkapan yang semakna dengan idiom tersebut.
Kesalahan pemakaian idiom sering dilakukan karena (1) Kekurang cermatan berbahasa, (2) Ketidaktahuan, (3) Kemalasan, dan (4) Ketiadaan rasa cinta akan bahasa yang baik dan benar. Idiom dalam setiap bahasa tidak dapat diubah-ubah, ditambah dan dikurangi. Dengan berpijak pada masalah tersebut, penulis ingin memberikan uraian mengenai idiom, jenis dan konstruksinya agar dapat membantu pemahaman mengenai idiom dalam bahasa Arab.

PENGERTIAN IDIOM
Secara leksikal, idiom bermakna langgam suara atau corak khas dan juga bermakna hal yang berhubungan dengan ungkapan atau penggunaan ungkapan (Echol dkk, 1990:310). Menurut Pateda (1986: 29) Idiom disebut juga ungkapan tetap. Dalam bidang linguistik idiom diartikan dengan satuan bahasa (kata, frasa, maupun kalimat) yang maknanya tidak dapat ditarik dari kaidah umum gramatikal yang berlaku dalam bahasa tersebut, atau tidak dapat diramalkan dari makna leksikal unsur-unsur yang membentuknya (Choer, 1986:7). Kridalakasana (1984) menyebutkan makna idiom adalah konstruksi unsur-unsur yang saling memilih, masing-masing anggota mempunyai makna yang ada hanya karena bersama yang lain, atau kontstruksi yang maknanya tidak sama dengan masing-masing unsur pembentuknya.
Menurut Al-Khuli dalam (Imamuddin & Ishaq, 2003:VI), idiom adalah konstruksi kata yang maknanya secara keseluruhan berbeda dengan makna masing-masing unsurnya, sedang Cyssco (2000) menyebutkan bahwa idiom adalah suatu ungkapan yang terdiri dari beberapa kata yang punya satu arti atau pengertian tertentuyang tidak mungkin bias dimengerti atau dipahami neraca kata demi kata yang membentuknya. Dalam bahasa Indonesia ada idiom “menjual gigi” yang bermakna tertawa keras (Choer:1986). Makna tersebut tidak dapat diperoleh, jika kata “menjual” tidak digabungkan dengan kata “gigi”. Idiom “rumah batu” yang bermakna pegadaian (Choer:1986). Makna tersebut juga tidak bisa diperoleh, jika kata “rumah” tidak digabungkan dengan kata “batu”.
Dalam bahasa Inggris terdapat idiom “a black list” yang bermakna daftar nama orang-orang yang salah (Murdibyono:1989). “A black” bermakna hitam dan “list” bermakna daftar atau catatan. Setelah kata itu digabung maka membentuk makna baru yang tidak sama dengan makna unsur-unsur pembentuknya. Contoh lain “a white color job” yang bermakna pekerjaan hantaran (Murdibyono:1989). Makna tersebut dihasilkan dari gabungan kata “a white” yang bermakna sebuah benda atau sesuatu yang putih, “color” yang bermakna warna dan “job” yang bermakna jabatan.
Dalam bahasa Arab terdapat idiom رجل ذئب yang bermakna lelaki penghianat (Imamuddin & Ishaq, 2003:142). Ungkapan tersebut merupakan hasil gabungan dari kata رجل bermakna orang laki-laki dan ذئب bermakna serigala, سواد المدينة yang bermakna daerah daerah sekitar kota (Munawwir:1984). Kata tersebut merupakan hasil gabungan dari kata سواد yang bermakna hitam dan المدينة yang bermakna kota. Contoh lain misalnya فأر الجبل yang bermakna marmut (Munawwir:1984). Makna tersebut sebagai hasil dari gabungan kata فأر yang bermakna tikus dan الجبل yang berarti gunung.
Disebutkan bahwa makna idiom tidak dapat diramalkan dari makna leksikal unsur-unsur yang membentuknya. Akan tetapi, secara histories-komparatif dan etimologis tampak masih bisa dicari kaitan makna keseluruhannya.
Berikut ini contoh idiom yang masih bisa dicari kaitan makna leksikal unsur-unsur pembentuknya. إنه خفيف اليد bermakna suka mencuri. Adapun makna leksikal dari kata خفيف adalah ringan dan اليد bermakna tangan. Ada hubungan komparatif antara ungkapan “ringan tangan” dan kata “suka mencuri” yaitu tangan yang mudah digerakkan untuk mencuri. Contoh kedua عنده مركب نقص yang bermakna rendah diri. Secara leksikal kata مركب bermakna kendaraan dan نقص bermakna kurang. Secara etimologis ada kaitan antara kata kurang dan rendah diri. Contoh ketiga أقامت الدنيا وأقعدها yang bermakna memutarbalikkan fakta atau keadaan. Adapun makna leksikal dari unsur-unsur idiom tersebut adalah mendirikan atau menegakkan dunia dan mendudukkannya, maka dalam hal ini ada hubungan secara etimologis. Contoh keempat أخرى، يقدم رجلا و يأخر أخرى bermakna ragu-ragu (Luis:1989). Adapun makna leksikal dari ungkapan tersebut adalah mendahulukan satu kaki dan mengakhirkan yang lain. Secara etimologis ada kaitan antara makna tersebut, yaitu melakukan pekerjaan yang tidak pasti.
Adapun contoh idiom yang maknanya sama sekali tidak bisa dinalarkan atas makna leksikal unsur-unsurnya adalah بنات عبر yang bermakna kebohongan (Munawwir, 1984:952). Jika idiom tersebut unsur-unsurnya diartikan secara leksikal, maka بنات berarti anak perempuan dan عبر bermakna lembah.
Contoh kedua مؤتبض النسا bermakna burung gagak (Munawwir, 1984:3). Idiom tersebut apabila dianalisa unsur-unsur leksikalnya adalah مؤتبض bermakna pengikut dan النسا bermakna pangkal paha sampai mata kaki.
Contoh ketiga أم صبار bermakna panas (Munawwir, 1984:815). Adapun makna leksikal dari unsur-unsur tersebut adalah أم bermakna ibu dan صبار bermakna sangat penyabar.
Contoh keempat أبو صبار bermakna garam (Munawwir, 1984:815). Adapun makna leksikalnya dari unsur-unsur tersebut adalah أبو bermakna bapak atau yang mempunyai anak dan صبار bermakna penyabar.
Dalam perkembangan selanjutnya penggunaan istilah idiom dan ungkapan bertolak dari sudut pandang yang berbeda. Demikian halnya dengan metofora. Perbedaan antara idiom, ungkapan, dan metafora terletak pada segi sudut pandang saja. Disebut idiom apabila ditinjau dari segi makna, disebut ungkapan jika ditinjau dari segi ekspresi kebahasaan, dan disebut metafora jika ditinjau dari segi cara menggunakannya, yakni yang lebih ditekankan pada perbandingan (Pateda, 1986:30). Sebagai contoh idiom dalam bahasa Indonesia “raja siang”. Kata ini disebut idiom jika ditinjau dari segi maknanya, yakni bermakna matahari. Makna tersebut diperoleh dari gabungan kata “raja” dan “siang”. Contoh ini disebut ungkapan bila ditinjau dari segi ekspresi kebahasaan yaitu mengekspresikan maksud kata matahari dan raja siang. Contoh ini disebut metafora jika ditinjau dari segi cara menggunakan atau membandingkan antara raja siang dan matahari.
Dalam bahasa Arab ada ungkapan أعمر من حية yang berarti orang yang sangat panjang umurnya (Luis:1986). Dari segi makna ungkapan itu disebut idiom, makna tersebut diperoleh karena kata أعمر yang bermakna lebih panjang bergabung dengan kata حية yang bermakna ular. Contoh ini disebut ungkapan, jika yang dimaksud untuk mengekspresikan maksud sangat panjang umur dengan ungkapan أعمر من حية dan disebut metafora, jika ditinjau dari segi cara membandingkan yaitu membandingkan orang yang panjang umur dengan ular.

JENIS-JENIS IDIOM
Ditinjau dari segi kesatuan makna yang diemban oleh suatu idiom, idiom dapat dikelompokkan menjadi dua jenis, yaitu idiom penuh dan idiom sebagian (Choer, 1986:8). Idiom penuh yaitu idiom yang unsur-unsur pembentuknya sudah merupakan satu kesatuan makna, contoh: أكل عليه الدهر و شرب bermakna sudah banyak pengalaman. الزيت في العجين bermakna berbuat baik pada keluarga (Luis:1984).
Secara leksikal makna kata شرب أكل و dalah makan dan minum, sedang الدهر bermakna waktu atau zaman. Adapun makna leksikal dari kata الزيت adalah minyak dan kata العجين adalah tepung. Termasuk dalam kelompok idiom penuh ini adalah kata-kata yang diawali dengan abu, ummu (kunyah: julukan) misalnya أبو صبار، أبو يقضان dan أم صبار karena kata tersebut mempunyai makna yang sama sekali berbeda dengan makna unsur-unsur yang membentuknya.
Hal ini bisa kita bandingkan dengan contoh idiom dalam bahasa Indonesia “ibu akar” bermakna pokok atau pangkal, “ibu bapak” bermakna orang tua, “ibu jari” bermakna jari yang terbesar, “ibu kota” yang bermakna kota yang menjadi pusat pemerintahan (Choer:1986). Kata “ibu” dalam contoh-contoh tersebut berubah maknanya sesuai dengan yang mengikutinya.
Idiom sebagian yaitu idiom yang sebagian unsurnya tetap dalam makna leksikalnya, misalnya دفتر السوداء yang berarti daftar sesuatu atau orang atau hal-hal yang tidak baik atau tidak disukai. Kata دفت tetap pada arti daftar atau catatatan, sedang السوداءر bermakna sesuatu atau orang atau hal-hal yang tidak baik atau tidak disukai. Hal ini merupakan pergeseran dari makna leksikal “hitam”. Termasuk dalam kelompok ini adalah idiom yang tersusun dari kata dan huruf jar, yang berfungsi untuk mengubah verba instransitif menjadi verba transitif, contoh:
ذهب الله بنورهم kata ذهب makna leksikalnya adalah pergi dn setelah bergabung dengan huruf jar (bi) berubah maknanya menjadi memergikan. Huruf jar yang mengikuti verba dan mengubahnya menjadi verba transitif senantiasa mengiringi kata tersebut meskipun sudah berubah bentuk menjadi isim fail, isim maf’ul dan masdar.

KONSTRUKSI IDIOM
Ditinjau dari konstruksinya, idiom dapat dikelompokkan menjadi tiga, yaitu kata, frasa dan kalimat (Choer, 1986:8). Dalam bahasa Inggris ada delapan idiom yang sering dipakai, yaitu idiom yang merupakan: (a) Gabungan dari kata sifat dan kata benda, (b) Gabungan dari dua kata benda, (c) Gabungan dari dua kata sifat, (d) Gabungan dari compound adjective dan kata benda, (e) Gabungan dari dua kata keterangan, (f) Idiom yang menggunakan anggota badan, (g) Idiom yang menggunakan warna, (h) Idiom yang menggunakan kata kerja (Murdibyono, 1989:208).

IDIOM YANG BERUPA KATA
Dalam bahasa Arab idiom yang berupa kata terdapat pada bentuk nisbah dan tarkib mazji. Idiom yang berbentuk nisbah misalnya kata هوائي . Kata هوائي berasal dari kata هوى yang bermakna udara dan ya’ nisbah. Dua unsur tersebut setelah bergabung mempunyai makna جبن yang berarti pengecut (Luis, 1986:879).
Sementara itu, idiom yang tersusun dari tarkib mazji misalkan حضر موت . Kata حضر موت adalah nama sebuah kota. Ia terbentuk dari kata kerja حضر yang berarti hadir dan موت yang berarti mati.

IDIOM YANG BERUPA FRASA
Idiom yang berupa frasa dapat dilihat pada konstruksi berikut:
a. Idiom yang terdiri dari unsur fiil dan huru jar, contoh:
رغب عن bermakna benci, رغب في bermakna suka, أبا عن bermakna enggan, أبا ب bermakna memukul, يبحث عـن bermakna mencari, mengkaji, dan يبحث في bermakna membahas, mengebor.
b. Idiom yang terdiri dari unsur huruf jar dan isim majrur, contoh:
عندك عنbermakna dengan izinmu, قريب عنbermakna tak lama, أبيضين منذbermakna sejak dua hari/ bulan, بالطول bermakna tanpa pertimbangan.
c. Idiom yang terdiri dari unsur dzaraf dan isim, contoh:
تحت الطلب bermakna atas perintah, عند الطلب bermakna atas permintaan.
d. Idiom yang terdiri dari unsur mudzaf dan mudzaf ilaih, contoh
عامـر البيت bermakna ular naga, أم عــامر bermakna sejenis anjing huta, لسـان الصدق bermakna sebutan yang baik, لســان أرض bermakna tanjung, دفتر السوداء bermakna daftar orang-orang yang bersalah, إبط الجبل bermakna kaki bukit (Munawwir:1984), بنو شجـــعbermakna بـطن مــن عذرة atau perut gadis, فور الحر bermakna شدته atau sangat panas, فورة النهار bermakna في أوله atau awal siang, فورة العشاء bermakna بعده atau sesudah waktu isyak, فور الشفق bermakna بقية حمرة الشمش في الأفق الغرب atau sisa cahaya merah matahari di ufuk barat (Mauzhur:1994).
e. Idiom yang terdiri dari na’at dan man’ut, contoh:
البيت المعمور bermakna nama tempat di laing, الخيط الأبيض bermakna benang fajar, الموت الأبيض bermakna mati mendadak, بئر طلاب bermakna sumur yang dalam airnya.
f. Idiom yang terdiri dari compound huruf jar majrur, contoh:
في ازدياد إلى ازدياد bermakna makin, من آن لآخر bermakna kadang-kadang.
g. Idiom yang terdiri dari compound dzaraf dan jar majrur, contoh:
جنبا إلىجنب bermakna saling bahu membahu atau gotong royong (Munawwir:1984)

IDIOM YANG BERUPA KALIMAT
Idiom yang berupa kalimat dapat dibedakan menjadi dua, yaitu: (1) Idiom yang tersusun berupa jumlah fi’liyah dan (2) Idiom yang tersusun berupa jumlah ismiyah.
Berikut ini dikemukakan beberapa contoh idiom berupa jumlah fi’liyah ضقت به ذرعا bermakna saya jengkel, عبد ما قاله dia mengingkari apa yang telah dikatakan, عبد على الشيئ bermakna dia tomak, عبد على نفسه bermakna dia mecela diri sendiri, عبد الطريق bermakna membatui, عبد الرجل bermakna lari, لطع أصابعه bermakna mati, لطع عينيه bermakna menempeleng (Munawwir:1984), أبدى موافقة bermakna setuju, أبدى معارضة bermakna melawan (Im & Js. 2003:1), قطب حاجبيه bermakna mukanya merah, قضى نحبه bermakna meninggal (274-275).
Contoh idiom yang tersusun dari jumlah ismiyah الأسد من القوم bermakna yang paling mulia dari suatu kaum, فــلان أسـود الكبــد bermakna fulan musuh, إنهــم عـلى وتــيرة واحــدة bermakna mereka menonton (Munawwir:1984). كأن على رأسه الطير bermakna diam/ tenang (2003:210).

SIMPULAN
Idiom bermakna تعبير يحتلق معناه عن المعنى الكلي لأجزائه atau ungkapan. Dalam bidang linguistik idiom bermakna satuan bahasa yang maknanya tidak dapat ditarik dari kaidah umum gramatikal yang berlaku dalam bahasa tersebut. Ditinjau dari kasatuan makna, idiom dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu idiom penuh dan idiom sebagian. Bila ditinjau dari segi konstruksi unsur-unsurnya, idiom dapat berupa kata, frasa, dan kalimat.

DAFTAR RUJUKAN

Choer, Abdul. 1986. Kamus idiom Bahasa Indonesia. Flores Ende: Nusa Indah

Cyssco, Dhanny R. 2000. Kamus Idiom Inggris-Indonesia. Jakarta: PT. Bhuana Ilmu Populer Kelompok Dramedia.

Echols, M. Jhon dan Shadily, Hassan. 1990. Kamus Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Gramedia.

Imamuddin B. & Ishaq N. 2003. Kamus Idiom Arab - Indonesia Pola Aktif. Depok: Ulinuha Press

Kridalaksana Harimurti. 1984. Kamus Linguistik Edisi kedua. Jakarta: PT Gramedia.

Luis Ma’luf. 1989. Al-Munjid fil Lughah wal A’lam. Beirut: Darul Masyriq.

Mandhur, Abil Fadli Jamaluddin Muhammad bin Mukrim. 1994. Lisanul Arab. Beirut: Darus Shadr.

Mudibyono. 1989. Suplemen Bahasa Inggris. Malang: IKIP Malang.

Pateda, Mansur. 1986. Sematik Leksikal. Flores Ende: Nusa Indah.

Tarigan HG. 1984. Pengajaran Kosa Kata. Bandung: Angkasa.

Tarigan HG. 1985. Prinsip-prinsip Dasar Sintaksis. Bandung: Angkasa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar