Rabu, 23 Juni 2010

STILISTIKA SINTAKSIS AL-QURAN SURAT AL-BAQARAH DAN EFEK MAKNA YANG DITIMBULKAN

A. Judul Penelitian
STILISTIKA SINTAKSIS AL-QURAN SURAT AL-BAQARAH DAN EFEK MAKNA YANG DITIMBULKAN

B. Latar Belakang Penelitian
Al-Quran merupakan mukjizat Nabi Muhammad saw. yang terbesar, bahkan terbesar dalam sejarah manusia itu sendiri. Kemukjizatan al-Quran terdapat pada beberapa aspek, yaitu aspek bahasa dan isi kandungannya. Dalam aspek bahasa, al-Quran memiliki keindahan dan ketinggian nilai sastranya yang belum (dan bahkan tidak akan) terkalahkan oleh siapapun. Syihab (1998:5) menyatakan bahwa dalam al-Quran terpadu keindahan bahasa, ketelitian, keseimbangan, kedalaman makna, kekayaan, dan kebenaran, serta kemudahan pemahaman dan kehebatan kesan yang ditimbulkannya. Bahkan Nashr Hamid (dalam Syamsuddin dkk (2003:xx)) memandang al-Quran sebagai teks sastra Arab yang teragung dalam sejarah.
Para pakar bahasa menetapkan bahwa seseorang dinilai mempunyai kemampuan bahasa yang baik apabila pesan yang hendak disampaikannya tertampung oleh kata atau kalimat yang ia rangkai. Kalimat yang baik adalah kalimat yang tidak bertele-tele tetapi tidak pula singkat sehingga mengaburkan pesan. Selanjutnya kata yang dipilih tidak dianggap asing oleh lawan bicaranya. Al-Quran dikenal menggunakan kosa-kata yang dikenal dan digunakan oleh orang Arab sarat dengan makna serta dihiasi dengan gaya bahasa yang indah. Seorang cendekiawan inggris Marmaduke Picktall dalam The Meaning of Glorious Quran (dalam Syihab, 2001:119) menyatakan bahwa al-Quran mempunyai simfoni yang tidak ada taranya di mana setiap nadanya bisa menggerakkan manusia untuk menangis dan bersuka cita.
Dari berbagai keunikan dan kemukjizatan bahasa al-Quran yang telah dikemukakan di atas dan didorong oleh rasa ingin tahu rahasia dibalik itu semua, muncullah beberapa studi tentang kaitan linguistik dengan al-Quran sudah banyak dilakukan, misalnya kajian tentang Stilistika al-Quran yang dilakukan oleh Qalyuby (1997) dan kajian linguistik-semantik terhadap al-Quran yang dilakukan oleh Audah (1995) serta konsep sastra dalam al-Quran yang diteliti oleh Helmi Saifuddin (2005). Kajian-kajian di atas lebih bersifat umum dalam mengkaji kaitan linguistik atau sastra dengan al-Quran. Peneliti memandang masih jarang dilakukan kajian yang lebih spesifik dan fokus tentang unsur-unsur sastra atau linguistik, Misalnya kajian tentang struktur morfologi, sintaksis, semantik, fonologi al-Quran.
Peneliti melihat adanya sebuah pertanyaan besar yang sering muncul di permukaan baik di kalangan pengajar dan pembelajar bahasa Arab, atau masyarakat umum, mengapa bahasa al-Quran cenderung lebih sulit untuk dipahami dibanding teks bahasa Arab lainnya sehingga memerlukan alat bantu tafsir atau terjemahan? Apa sesungguhnya yang membedakan teks al-Quran dengan teks lain yang sama-sama berbahasa Arab?
Berangkat dari masalah di atas peneliti membuat hipotesis; barangkali kesulitan ini muncul karena bentuk sintaksis al-Quran mempunyai keunikan, kekhasan (style) sendiri, sementara sintaksis Arab (nahwu, sharaf) hanya membahas kaidah-kaidah umum saja dan kalaupun dibahas, sintakasis al-Quran itu hanya diberikan dalam porsi yang kecil, yakni sebagai al-mustatsnayat (perkecualian dari kaidah umum). Penelitian tentang struktur al-Quran sebenarnya telah dilakukan oleh Ainin (2002) dengan fokus bahasan ‘pertanyaan pragmatik terjemahan’.
Terkait dengan stilistika sintaksis al-Quran, sepengetahuan peneliti, belum pernah ada penelitian atau studi tentang bidang itu, sekalipun beberapa aspeknya bertebaran di beberapa tulisan. Sebagai contoh Muhammad Abdul Adzim az-Zarqani dalam bukunya Manahil al-Irfan Fi Ulum al-Quran (1943) pada bab Uslub al-Quran dia mengkaji sekilas tentang stilistika al-Quran sehingga cakupannya kurang mendalam, Muhammad Abdul Khaliq ‘Adlimah menulis buku berjudul Dirasat li Uslub al-Quran` (1972) kajian hanya berkisar gramatika al-Quran secara umum yang disusun secara alfabetik, juga al-Zarkasyi dalam bukunya al-Burhan fi Ulum al-Quran (1972) banyak mengkaji masalah-masalah retorika al-Quran. Jadi belum ada yang secara khusus membahas struktur sintaksisnya serta menganalisis aspek makna yang dikandungnya. Oleh karena itu, peneliti tertarik untuk membuktikan kebenaran hipotesis di atas sekaligus mengkaji lebih dalam tentang seluk beluk sintaksis al-Quran.

C. Penelaahan Studi Kepustakaan
1. Tinjauan Kepustakaan
a. Pengertian dan Obyek Kajian Stilistika
Stilistika secara sederhana dapat diartikan sebagai kajian linguistik yang obyeknya berupa style. Sedang style adalah cara penggunaan bahasa dari seseorang dalam konteks tertentu dan untuk tujuan tertentu (Geoffrey, 1984:10). Menurut Gorys Keraf (1987:112) kata style diturunkan dari kata lain stilus, yaitu semacam alat untuk menulis pada lempengan lilin. Keahlian menggunakan alat ini akan mempengaruhi jelas tidaknya tulisan pada lempengan tadi. Ketika dititikberatkan pada keahlian menulis indah, maka istilah style lalu berubah menjadi kemampuan dan keahlian untuk menulis atau mempergunakan kata-kata secara indah. Dari kata tersebut muncul istilah linguistik ‘stilistika’.
Dalam kamus linguistik disebutkan, stilistika adalah ilmu yang menyelidiki bahasa yang dipergunakan dalam karya sastra; ilmu interdisipliner antara lingustik dan kesusasteraan (Kridalaksana, 1983:157). Sedangkan dalam literatur Arab stilistika dikenal dengan istilah ‘uslub’.
Dari beberapa pengertian di atas tampak dua aspek yang mencolok dalam kajian stilistika yaitu aspek estetika dan aspek linguistik. Aspek estetika berkaitan dengan ciri khas yang digunakan penutur bahasa atau penulis karya sastra. Aspek linguistik berkaitan dengan ciri khas penggunaan pola-pola gramatika, fonologi, semantik. Mungkin timbul pertanyaan dari mana stilistika memulai kajiannya, dari aspek estetika atau linguistik?
Untuk menjawab pertanyaan ini patut dikemukakan teori Spitzer tentang ‘philological circle’ atau ‘the circle of understanding’. Dalam teori ini dikatakan bahwa observasi linguistik menstimulir pemahaman sastra dan demikian pula sebaliknya pemahaman sastra menstimulir observasi linguistik. Dengan kata lain kedua aspek tersebut dipakai secara simultan sehingga tidak dikenal mana yang dulu dan mana yang kemudian (Geoffrey, 1984:13).
Stilistika mengkaji seluruh fenomena bahasa mulai dari fonologi hingga semantik (Ayyad, 1982:48). Agar ranah kajian tidak terlalu luas, kajian stilistika biasanya dibatasi pada suatu teks tertentu dengan memperhatikan preferensi penggunaan kata atau struktur bahasa, mengamati hubungan-hubungan pilihan itu untuk mengidentifikasi ciri-ciri stilistik seperti sintaksis, leksikal, retoris atau deviasi (penyimpangan dari kaidah umum tatabahasa (Sudjiman, 1993:14).

b. Stilistika al-Quran
Aspek-aspek bahasa yang dikaji dalam stilistika al-Quran sama seperti aspek-aspek stilistika yang lain, yaitu meliputi aspek fonologi, semantik, gramatika dan leksikologi.
Sampai saat ini belum diketahui siapa peletak batu pertama stilistika al-Quran, sejak abad III Hijriah studi ini telah dilakukan, namun dalam nuansa ilmu balaghah, sebagaimana dilaksanakan oleh Abu al-Hasan ‘Ali bin Isa ar-Rummani (296-386 H) dalam bukunya an-Nukat fi I’jaz al-Quran, Abu Sulaiman Hammad bin Muhammad bin Ibrahim al-Khattabi dalam bukunya Bayan I’jaz al-Quran. Namun mereka memasuk-kan bahasan tersebut dalam ranah kajian balaghah al-Quran.
Menurut Syihabuddin (1997:34) Muhammad Abdul Adzim az-Zarqani dalam bukunya Manahil al-Irfan Fi Ulum al-Quran telah memi-sahkan stilistika al-Quran dari ‘Balaghah al-Quran’ dan menjadikannya sebagai ilmu tersendiri sebagai bagian dari ilmu-ilmu al-Quran, hanya saja penyusunannya belum mengikuti metode stilistika yang dikem-bangkan dewasa ini.


c. Kaidah Umum Struktur Sintaksis Bahasa Arab
Menurut Khasairi (1998:204), kajian sintaksis bahasa Arab (ilmu nahwu) mencakup empat hal, yaitu:
1) Kedudukan fungsi (al-mawaqif wal-a’mal)
Penguasaan pembelajar terhadap kedudukan dan fungsi kata dalam kalimat dapat dilihat pada kemampuannya memilih dan menggunakan penanda vokal terakhir suatu kata (infleksi).
2) Urutan kata dalam kalimat/klausa (al-mauqi’at)
Yang dimaksud dengan urutan dalam kalimat atau klausa adalah struktur dari kalimat atau klausa tersebut.
3) Kesesuaian bentuk dan jenis
Dalam bahasa Arab ada kalimat yang i’rab dan bentuknya mengikuti atau menyesuaikan dengan kalimat sebelumnya. Komponen bahasa Arab yang menuntut kesesuaian bentuk dan jenis seperti itu, adalah:
• subyek-predikat (Mubtada-khabar)
• Predikat-subyek (fi’il-fa’il)
• Tawabi’

d. Konsep Makna dan Analisis Makna Sintaksis
1) Konsep makna
Al-Ashfahani (dalam Syihabuddin, 2002:16) mengemukakan bahwa kata ma’na berasal dari kata ‘ana yang berarti melahirkan. Karena itu makna diartikan sebagai perkara yang dilahirkan dari tuturan. Menurut Mujahid (1985) telaah ihwal kata dan makna telah menjadi perhatian para ulama salaf jauh sebelum para ahli linguistik barat memulainya. Para ahli yang membahas masalah itu dapat dibagi menjadi tiga kelompok: (1) kelompok ahli ushul fiqh, (2) kelompok sastrawan, dan (3) kelompok ahli bahasa.
Ahli bahasa memandang bahasa sebagai gudang perbendaharaan yang perlu diungkapkan isinya, karena itu telaah mereka terhadap hubungan antara kata dan maknanya meliputi berbagai aspek, di antaranya tentang etimologi, sinonim, homonim, polisemi, antonim, makna denotatif dan konotatif, perubahan makna dan pengembangan kata.
Adapun pandangan sastrawan, dalam hal ini para ahli balaghah, menurut Hasan (1987:20) memfokuskan perhatiannya pada tiga aspek: (1) aspek struktur, (2) aspek makna, dan (3) aspek keindahan ungkapan. Ketiga Aspek ini dapat disajikan sebagai berikut:
Pertama, aspek struktur. Yang dimaksud struktur oleh ahli balaghah ialah jenis-jenis struktur dilihat dari gaya kalimat, cara pengungkapan, keringkasan, dan keluwesan ungkapan, dan keseimbangan ungkapan dengan maknanya. Ilmu yang seperti ini dibingkai dalam ilmu balaghah cabang ma’ani.
Kedua, aspek makna. Para sastrawan menelaah makna kata berdasarkan konvensi pemakaiannya yang melahirkan pembagian kata secara global ke dalam hakikat dan majaz. Ilmu ini terwadahi dalam ilmu balaghah cabang bayan. Ilmu bayan membahas kata dilihat dari tiga aspek makna: (a) makna konvensional, (b) makna tambahan, dan (c) makna kontekstual. Dalam linguistik modern kajian seperti ini disebut leksikologi.
Ketiga, aspek keindahan ungkapan, kajian ini dipayungi dengan ilmu balaghah cabang badi’ yang memfokuskan perhatiannya pada unsur keindahan kata, kalimat, dan maknanya.

2) Analisis makna sintaksis
Hasan (dalam Syihabuddin, 2002:180) menegaskan bahwa tujuan pembaca adalah memahami makna. Ujaran atau tulisan merupakan sarana untuk meraih tujuan itu. Untuk meraih makna itu pembaca atau pendengar harus melakukan analisis struktur, leksikal dan kontekstual. Di sini analisis struktur dibagi dua yaitu morfologis dan sintaksis.
Dalam sintaksis, analisis didasarkan pada empat hal berikut:
Pertama, sekumpulan makna sintaksis umum, yang diistilahkan dengan makna kalimat, misalnya kalimat nomina, kalimat verbal, kalimat aktif, dan kalimat pasif.
Kedua, sekelompok makna sintaksis khusus. Makna terdapat pada setiap unsur pembentuk kalimat, misalnya makna obyektif, agentif dan idzafah.
Ketiga, hubungan di antara makna-makna kontituen pada kalimat, misalnya hubungan predikatif antara subjek dan predikat, atau antara verba dengan pelakunya.
Keempat, bahan-bahan yang disediakan oleh analisis morfologis, seperti harakat, huruf, kategori, dan infleksi.

2. Daftar Rujukan
Ainin, Moh. 2002. Pertanyaan dalam Terjemahan Al-Quran: Suatu Kajian Pragmatik. Disertasi tidak dipublikasikan.
Ali, Syaikh. 2002. Al-Arabiyyah Baina Yadaik. Jeddah: Al-Arabiyyah Lil jami’
Audah, Abu Audah. 1995. Syawahid Fi al-I’jaz al-Qur’any. Amman: Dar Wathaniah
Bogdan, Robert, C. dan Biklen, Sari Knopp. 1982. Qualitative Research for Education: An Introduction to theory and Methods. London: Allyn and Bacon, Inc.
Holsti, Oler. 1969. Content Analysis for The Social Sciences and Humanities. London:Addison-Wesley Publishing Company.
Krippendorff, Klaus. 1980. Content Analysis An Introduction to Its Methodology. London: Sage Publication.
M. Quraish Shihab. 1998. Wawasan Al-Quran. Bandung: Penerbit Mizan
Mayring Philipp. 2000. Qualitative Content Analysis. Diakses dari Website//www.qualitative-research.net/fqs-texte/2-00/ tanggal 23 Juni 2005.
Sahiron Syamsuddin, ed. 2003. Hermeneutika al-Quran Mazhab Yogya. Yoya: Islamika.
Shiny, Mahmud Ismail. 1992. Al-‘Arabiyyah Li Al-Nasyi’in. Jeddah: Maktabah Turats
Syihabuddin, Qalyuby. 1997. Stilistika al-Quran. Jogja: IAIN SUKA Press
Syihabuddin. 2002. Teori dan Praktik Penerjemahan Arab – Indonesia. Jakarta: Dirjen Dikti Diknas
Tim As-Sakhr. 1995. CD Holy Quran. Saudi Arabia: As-Sakhr

D. Rumusan Masalah
Dari paparan di atas dirumuskan beberapa permasalahan pokok dalam penelitian ini yaitu bagaimanakah bentuk–bentuk dan efek makna stilistika sintaksis al-Quran dalam surat al-Baqarah. Jabaran dari permasalahan ini adalah sebagai berikut.
1. Apa saja kata atau kalimat dari ayat-ayat surat al-Baqarah yang mengandung unsur stilistika sintaksis al-Quran?
2. Bagaimana bentuk-bentuk stilistika sintaksis al-Quran pada surat al-Baqarah?
3. Apa efek makna yang ditimbulkan dari stilistika sintaksis al-Quran pada surat al-Baqarah?

E. Tujuan Penelitian
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengkaji dan mendeskripsikan bentuk dan efek makna stilistika sintaksis al-Quran dalam surat al-Baqarah. Jabaran dari tujuan ini adalah sebagai berikut.
1. Mengkaji dan mendeskripsikan ayat-ayat dalam surat al-Baqarah yang mengandung unsur stilistika sintaksis al-Quran.
2. Mengkaji dan mendeskripsikan bentuk-bentuk stilistika sintaksis al-Quran pada surat al-Baqarah.
3. Mengkaji dan mendeskripsikan efek makna yang ditimbulkan dari stilistika sintaksis al-Quran pada surat al-Baqarah.

F. Hipotesis
Berdasarkan beberapa teori yang telah dikemukakan di atas, peneliti mempunyai dugaan umum sementara yaitu.
1. Banyak unsur stilistika sintaksis pada surat al-Baqarah baik pada tingkat kata maupun kalimat.
2. Ada beberapa bentuk-bentuk stilistika sintaksis al-Quran, yaitu (a) ketidaksesuaian, (b) penghilangan, (c) penambahan, dan (d) perubahan bentuk unsur-unsur sintaksis.
3. Apapun bentuk stilistik sintaksis al-Quran bukan merupakan sebuah kebetulan tanpa ada efek makna, melainkan penuh rahasia kemukjizatan yang perlu terus digali karena ia adalah kalamullah.

G. Ruang Lingkup
Penelitian ini akan dilakukan untuk menganalisis bentuk-bentuk stilistika sintaksis dalam al-Quran dan efek maknanya. Kajian ini amatlah luas cakupannya, namun mempertimbangkan keterbatasan waktu dan dana, maka peneliti membatasi lingkup yang diteliti hanya pada surat al-Baqarah dengan jumlah 286 ayat.
Stilistik sintaksis al-Quran di sini hanya memfokuskan pada struktur sintaksis al-Quran yang mengandung kekhasan (style) tersendiri bila komparasikan dengan kaidah dan struktur umum sintaksis bahasa Arab, dan juga difokuskan pada struktur kalimat yang tidak ‘multi redaksi’, yakni perbedaan bentuk bacaan berdasarkan madzhab bacaan tujuh (al-qiraat as-sab’ah). Seperti bacaan maalik pada surat al-fatihah, boleh dibaca dua cara, memanjangkan mim dan memendekkannya. Hal semisal ini yang tidak termasuk cakupan penelitian ini.

H. Pentingnya Penelitian
Hasil dari penelitian stilistika sintaksis al-Quran ini diharapkan bisa bermanfaat bagi para peneliti berikutnya, yakni bisa melengkapi kajian-kajian atau teori-teori sintaksis yang ada selama ini, demikian juga hasil penelitian ini bisa dijadikan pijakan teoritis-praktis untuk penelitian-penelitian serupa di masa mendatang, dengan demikian akan terjadi kesinambungan kajian komprehensif yang saling melengkapi.
Bagi pecinta kajian ke-alquran-an, hasil penelitian ini sangatlah memperkaya khazanah kajian, sekaligus ini merupakan temuan baru yang akan lebih meyakinkan mereka terhadap kemukjizatan bahasa al-Quran.
Tidak kalah pentingnya, bagi kaum muslimin diharapkan penelitian ini bisa lebih memudahkan upaya pemahaman al-Quran, karena kaidah sintaksis al-Quran baru akan ditemukan dengan berbagai bentuk konsekwensi maknanya sehingga akan membawa kemudahan.

I. Metodologi Penelitian
1. Desain Penelitian
Penelitian ini menggunakan rancangan analisis isi. Alasannya didasarkan pada: (a) sumber data dalam penelitian ini berupa dokumen, (b) masalah yang dianalisis adalah isi komunikasi, dan (c) tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan isi komunikasi dan membuat inferensi (Zuchdi, 1993). Hal ini diperkuat pendapat Stone, dkk (dalam Krippendorff, 1980:23), bahwa analisis isi adalah suatu teknik penelitian untuk membuat inferensi-inferensi dengan mengidentifikasi karakteristik-karakteristik khusus dalam sebuah teks secara sistematik dan obyektif. Pendapat senada juga dikemukakan oleh Holsti (1969), bahwa tujuan analisis isi adalah mendeskripsikan ciri-ciri komunikasi, membuat inferensi dampak komunikasi.
Lebih lanjut Mayring (2000:1) menjelaskan bahwa ide pokok prosedur analisis isi adalah untuk mendapatkan keuntungan dari proses analisis isi kuantitatif ketika mulai berkembang pada sektor ilmu komunikasi dan untuk mentransfer kuantitatif menjadi interpretasi tahapan-tahapan analisis kualitatif. Dengan kata lain dengan menggunakan analisis isi ini data kuantitatif bisa dianalisis sebagaimana data kualitatif.
Penelitian ini dikatagorikan sebagai penelitian kualitatif karena dalam penelitian ini terdapat sebagian karakteristik penelitian kualitatif, menurut Bogdan (dalam Ainin, 2002:14) di antaranya: (a) peneliti sebagai instrumen kunci dalam mengumpulkan dan menginterpretasi data, dan (b) makna merupakan hal yang esensial.
Data yang akan diolah dan dianalisis dalam penelitian ini berupa kata-kata, kalimat-kalimat al-Quran pada surat al-Baqarah dan bukan angka-angka sehingga tepat menggunakan rancangan kualitatif. Adapun metode komparasi digunakan dalam proses pengolahan data dan analisisnya, yaitu membandingkan struktur sintaksis al-Quran pada surat al-Baqarah dengan struktur sintaksis bahasa Arab umumnya dan juga dengan kaidah-kaidah sintaksis bahasa Arab yang ada.

2. Instrumen Penelitian
Sebagai penelitian yang bersifat kualitatif, instrumen kunci dalam penelitian ini adalah human instrumen, artinya bahwa penelitilah yang mengumpulkan data, menyajikan data, mereduksi data, mengorganisasi data, memaknai data dan menyimpulkan hasil penelitian (Bogdan dan Biklen, 1982).
3. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah berupa dokumen. Ada dua jenis dokumen yang diteliti yaitu teks al-Quran surat al-Baqarah sebagai sumber data utama, dan teks-teks bahasa Arab non al-Quran serta kaidah-kaidah umum sintaksis bahasa Arab sebagai data pembanding.
Data utama yang akan diteliti adalah semua ayat-ayat al-Quran dalam surat al-Baqarah yang berjumlah 286 ayat. Adapun data penunjang atau pembanding terdiri dari dua unsur yaitu: (a) buku teks bahasa Arab non al-Quran yang menggunakan buku Al-Arabiyyah Baina Yadaik jilid 3 dan Al-‘Arabiyyah Li Al-Nasyi’in jilid 6, (b) buku Jami’ al-Durus al-Arabiyyah dan Syarh Ibn Aqil, serta musykilat I’rab al-Qur’an. Dan untuk mengungkap efek makna yang ditimbulkan stilistika sintaksis ini, peneliti mempergunakan juga data pelengkap berupa buku-buku retorika (balaghah) dan tafsir al-Quran.

4. Data Penelitian
Data dalam penelitian ini adalah kata-kata atau kalimat-kalimat dari ayat-ayat al-Quran surat al-Baqarah yang mengandung unsur stilistika sintaksis, yaitu adanya perbedaan pola struktur sintaksis al-Quran dengan teks-teks bahasa Arab non al-Quran.

5. Prosedur Analisis Data
Berpijak dari tujuan penelitian ini, maka analisis data dilakukan secara kualitatif. Adapun model analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah model analisis isi yang dikemukakan oleh Krippendorff (1980:54) sebagaimana dijelaskan pada bagan berikut:

Berpijak dari model analisis di atas, langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti dalam analisis data adalah sebagai berikut:
a) Membaca al-Quran surat al-Baqarah kata demi kata, kalimat demi kalimat, mulai dari ayat pertama sampai ayat terakhir
b) Menentukan unit (unitisasi), meliputi penetapan unit-unit, memisahkan data menurut batas-batasnya, dan mengidentifikasi untuk analisis berikutnya.
c) Menetapkan data yang akan dianalisis (sampling). Setelah data dipilah-pilah, peneliti akan menemukan bentuk-bentuk stilistika. Inilah data yang akan dianalisis kemudian.
d) Membuat catatan (recording) terhadap data yang telah ditetapkan untuk dianalisis berdasarkan acuan yang tertera dalam dokumen.
e) Mereduksi data, dalam hal ini peneliti memilih dan memilah data yang relevan untuk dianalisis dan data yang tidak relevan. Proses ini juga bisa dilaksanakan pada tahap 2.
f) Membuat inferensi terhadap data yang telah diidentifikasi. Dalam pembuatan inferensi ini, peneliti menggunakan konstruk analisis, yaitu suatu upaya mengoperasionalisasikan pengetahuan analisis tentang saling ketergantungan antara data dan konteks (Krippendorff, 1980:99). Dalam hal ini peneliti membandingkan dan mengkaji hasil temuan bentuk-bentuk stilistika sintaksis dengan kaidah-kaidah umum sintaksis bahasa Arab dan teori-teori retorika, serta hasil penafsiran ulama.
g) Melakukan analisis. Kegiatan yang dilakukan dalam analisis data adalah sebagai berikut:
• menentukan jenis stilistika sintaksis
• mencari rasionalisasi stilistika sintaksis dengan mengacu kaidah umum sintaksis bahasa Arab
• mengkomparasikan stilistika sintaksis tersebut dengan teori-teori retorika, semantik dan tafsir untuk mencari efek makna yang mungkin timbul dari stilistika tersebut.
h) Melakukan validasi, yakni apabila langkah pada butir 1 – 7 masih belum atau kurang memadai, maka peneliti melakukan kaji ulang sampai ditemukan suatu pemaknaan yang benar.
6. Pengecekan Keabsahan Temuan
Untuk memperoleh hasil analisis atau temuan yang sahih, maka sejak proses pengumpulan data sampai pada tahap analisis data digunakan teknik pensahih data yang dikutip dari Lincoln dan Guba (1985) sebagai berikut:
a) Observasi terus menerus terhadap sumber data.
b) Mengkaji secara teliti, ajeg, cermat, komperhensif terhadap sumber data lainnya yang relevan.
c) Mendiskusikan dengan teman sejawat atau pihak lain yang dipandang ahli (expert), yakni teman sejawat atau tim ahli dalam bidang al-Quran, sintaksis bahasa Arab, ilmu retorika, tafsir al-Quran.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar