Rabu, 23 Juni 2010

A. JUDUL PENELITIAN

EFEKTIFITAS PENERAPAN “BELAJAR KOOPERATIF” DALAM MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMBACA PEMAHAMAN TEKS-TEKS BERBAHASA ARAB MAHASISWA JURUSAN SASTRA ARAB FAKULTAS SASTRA UNIVERSITAS NEGERI MALANG

B. BIDANG ILMU

PENDIDIKAN BAHASA ARAB

C. PENDAHULUAN

Membaca pemahaman merupakan salah satu aspek dalam keterampilan berbahasa. Membaca pemahaman memiliki beberapa tujuan, di antaranya adalah: (1) memprediksi isi bacaan, (2) memahami bacaan, (3) membuat ringkasan, dan (4) mengklarifikasi isi bacaan (Palinscar dan Brown dalam Burns dkk., 1996). Untuk mencapai keberhasilan tujuan pembelajaran di atas, seorang dosen harus membuat rancangan pembelajaran yang baik dan mahasiswa dikelola agar aktif belajar, mampu memanfaatkan pengalaman, serta mampu membangun kerjasama di kelas sehingga pembelajaran lebih menarik, suasana kelas lebih dinamis, dan hasil pembelajaran lebih optimal.

Dalam merancang pembelajaran dosen harus memperhatikan tahap-tahap dalam pembelajaran membaca. Tahap-tahap dalam pembelajaran membaca oleh Burns dkk. (1996) dibagi menjadi tiga, yaitu tahap sebelum membaca bacaan atau pramembaca (prereading), ketika sedang membaca bacaan atau saat membaca (duringreading) dan setelah membaca bacaan atau pascamembaca (postreading). Selanjutnya, Burns dkk.(1996) menjelaskan bahwa kegiatan tersebut dapat dilakukan di masing-masing tahap. Pada tahap pramembaca, kegiatan yang dapat dilakukan mahasiswa adalah memprediksi isi bacaan, menulis sebelum membaca (writing before reading), sedangkan kegiatan yang dapat dilakukan dosen adalah menyajikan peta cerita, memberikan pertanyaan pendahuluan, dan menyajikan drama mengenai isi cerita yang akan dibaca oleh mahasiswa. Pada kegiatan membaca, kegiatan yang dapat dilakukan mahasiswa adalah menjawab pertanyaan dan melengkapi bacaan. Pada kegiatan pascamembaca, dosen dapat memberikan visualisasi isi cerita, dan memberikan pertanyaan pascamembaca, sedangkan mahasiswa dipersilahkan untuk membaca bacaan lanjutan, dan menceritakan kembali isi bacaan dengan membuat ringkasan atau skema cerita.

Menurut Ur (1996:148), pembelajaran membaca akan efektif jika isi teks atau bacaan yang disediakan oleh dosen, mudah dipahami oleh mahasiswa. Fananie (2001), juga menambahkan bahwa untuk membantu mahasiswa memahami bacaan, maka dosen harus memberikan bacaan yang menarik bagi mahasiswa dan jelas unsur-unsur ceritanya. Sedangkan Menurut Fananie (2001), unsur–unsur cerita yang harus dipahami dalam membaca bacaan antara lain: tokoh cerita, sifat atau karakter tokoh dalam cerita, setting atau latar cerita dan alur cerita. Selanjutnya, menurut Gunning (1992) pada tahap saat membaca dosen dapat memberikan pertanyaan-pertanyaan pengarah yang mampu mendorong mahasiswa memahami cerita, yaitu pertanyaan yang berhubungan dengan masing–masing unsur cerita. Sedangkan kegiatan pascamembaca menurut Burns dkk. (1996), dapat dilakukan oleh dosen dengan cara mengajak mahasiswa untuk membuat skema dari cerita yang telah dibacanya. Kegiatan–kegiatan inilah yang akan dilakukan secara kooperatif di kelas terteliti.

Walaupun kedudukan dan aktivitas dalam membaca pemahaman sangat penting, tetapi para dosen di Jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang (selanjutnya disingkat FS UM) belum memberikan perhatian yang seharusnya terhadap pembelajaran membaca pemahaman. Proses pembelajaran yang dilakukan masih monoton dan belum mengikuti tahapan–tahapan pembelajaran membaca pemahaman. Tugas yang diberikan dosen kepada mahasiswa dalam pembelajaran membaca pemahaman belum mampu mendorong dinamika dan kerjasama antarmahasiswa di kelas, bahan bacaan yang digunakan kurang variatif, sehingga mahasiswa kurang bergairah dalam mengikuti kegiatan di kelas. Dosen juga merasakan ada permasalahan pada hasil pembelajaran membaca pemahaman di kelas selama ini, yaitu prestasi mahasiswa kurang merata dan kurang optimal. Padahal mata kuliah bahasa Arab merupakan mata kuliah unggulan pada jurusan Pendidikan Bahasa Arab di lembaga ini.

Adanya kenyataan bahwa mahasiswa kurang tertarik dengan proses pembelajaran di kelas (hal ini ditunjukkan dengan banyaknya mahasiswa yang kurang serius dalam mengikuti proses pembelajaran) dan pembelajaran kurang optimal mendorong peneliti untuk melakukan usaha-usaha meningkatkan kualitas pembelajaran di kelas. Peneliti berkolaborasi dengan dosen untuk menerapkan strategi belajar kooperatif dalam pembelajaran membaca pemahaman untuk mengatasi permasalan di atas.

Strategi belajar kooperatif dipilih, karena menurut penelitian Lie dkk. pada tahun 2000 strategi semacam itu justru lebih efektif dari pada pembelajaran konvensional yaitu dosen merupakan sumber belajar satu–satunya di kelas (Lie, 2002). Dengan belajar kooperatif tugas dosen untuk melayani kebutuhan belajar mahasiswa yang berkemampuan rendah dapat dibantu oleh mahasiswa yang berkemampuan tinggi atau yang lebih dikenal dengan peer teaching (saling mengajar antarteman), sehingga kemampuan mahasiswa di kelas akan merata. Dengan demikian, untuk mengatasi permasalahan yang dirasakan dosen di Jurusan Sastra Arab FS UM, peneliti dan dosen akan melakukan tindakan pengoptimalan pembelajaran membaca pemahaman yang dilakukan dengan strategi belajar kooperatif.

Peneliti akan melaksanakan tindakan tersebut pada mahasiswa semester III, dengan harapan keberhasilan pada semester ini akan membantu keberhasilan belajar mahasiswa pada semester berikutnya. Bahan bacaan yang digunakan dalam penelitian ini adalah teks-teks sastra berbahasa Arab yang berupa kisah atau cerita. Hal yang terpenting dalam membaca pemahaman cerita adalah memahami alur cerita, mendeskripsikan latar cerita, tokoh dan bagaimana sifat tokoh dalam cerita, kemudian membuat skema ceritanya.

Untuk itu, perlu kiranya penelitian ini dilakukan untuk melihat efektifitas penerapan belajar kooperatif dalam meningkatkan pemahaman mahasiswa terhadap alur cerita, tokoh, sifat tokoh dan latar cerita, serta membuat skema cerita dari bahan bacaan yang telah disediakan oleh dosen.

D. Perumusan Masalah

Secara umum penelitian ini ingin mengetahui bagaimanakah penerapan strategi belajar kooperatif dalam meningkatkan kemampuan membaca pemahaman teks-teks berbahasa Arab mahasiswa jurusan Sastra Arab FS UM. Secara rinci rumusan masalah disajikan berikut ini.

(1) Apakah belajar kooperatif itu efektif dalam meningkatkan kemampuan pemahaman alur cerita bagi mahasiswa jurusan Sastra Arab FS UM?

(2) Apakah belajar kooperatif itu efektif dalam meningkatkan kemampuan pemahaman latar cerita bagi mahasiswa jurusan Sastra Arab FS UM?

(3) Apakah belajar kooperatif itu efektif dalam meningkatkan kemampuan pemahaman tokoh dan sifat tokoh bagi mahasiswa jurusan Sastra Arab FS UM?

(4) Apakah belajar kooperatif itu efektif dalam meningkatkan kemampuan membuat skema cerita bagi mahasiswa jurusan Sastra Arab FS UM?

F. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian

Secara umum tujuan penelitian ini ingin mengetahui bagaimanakah penerapan strategi belajar kooperatif dalam peningkatan kemampuan membaca pemahaman teks-teks berbahasa Arab mahasiswa jurusan Sastra Arab FS UM. Secara rinci tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui:

(1) Efektifitas belajar kooperatif dalam meningkatkan kemampuan pemahaman alur cerita bagi mahasiswa jurusan Sastra Arab FS UM

(2) Efektifitas belajar kooperatif dalam meningkatkan kemampuan pemahaman latar cerita bagi mahasiswa jurusan Sastra Arab FS UM

(3) Efektifitas belajar kooperatif dalam meningkatkan kemampuan pemahaman tokoh dan sifat tokoh bagi mahasiswa jurusan Sastra Arab FS UM

(4) Efektifitas belajar kooperatif dalam meningkatkan kemampuan membuat skema cerita bagi mahasiswa jurusan Sastra Arab FS UM

2. Manfaat Penelitian

Penelitian ini memiliki dua manfaat, teoritis dan praktis. Secara teori, hasil penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk mendukung perkembangan strategi belajar kooperatif sebagai strategi belajar alternatif di antara strategi belajar individual dan strategi belajar kompetitif yang telah banyak dilakukan di kelas–kelas. Sedagkan secara praktis, hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat untuk menjadi bahan pertimbangan bagi dosen, kepala program studi dan pihak yang berkepentingan misalnya penyusun buku ajar dalam pembelajaran memahami unsur–unsur cerita dalam bacaan khususnya memahami alur, latar, tokoh, sifat tokoh, serta membuat skema cerita.

F. Kajian Pustaka

1. Belajar Secara Kooperatif

Strategi belajar mengajar mempunyai kedudukan yang sangat penting dalam menunjang keberhasilan pembelajaran di kelas. Strategi belajar kooperatif (cooperative learning) didasari oleh filsafat Homo Homini Socius yaitu bahwa manusia adalah makhluk sosial. Kerjasama antara manusia yang satu dengan manusia yang lain menjadi kebutuhan yang sangat penting untuk kelangsungan hidup manusia (Lie, 2002).

Pembelajaran dengan strategi kooperatif tidak sama dengan sekedar belajar kelompok. Konsep belajar kooperatif adalah adanya kerjasama antaranggota dalam kelompok untuk mencapai tujuan bersama. Belajar secara kooperatif adalah sebuah sosok pengetahuan dan penelitian yang telah diuji mempunyai pengaruh dalam pendidikan. Secara praktis sebagai suatu cara untuk mengatur kerja kelompok, mengubah cara belajar dengan saling menumbuhkan kemajuan akademik /belajar.

Strategi belajar kooperatif merupakan salah satu strategi yang digunakan untuk meningkatkan hasil belajar mahamahasiswa dengan menggunakan sistem tutor antarteman, kerjasama kelompok, dan komunikasi dalam kelompok. Komponen kunci yang ada di dalam belajar secara kooperatif adalah interaksi, kerjasama, dan komunikasi (Roberts dan Kenney dalam Kindsvatter, 1996).

Slavin dalam Kindsvatter (1996), membuat suatu simpulan bahwa strategi belajar secara kooperatif adalah satu-satunya strategi pembelajaran yang telah diuji keberhasilannya dan telah dilakukan penelitian kira–kira lebih dari dua ratus buah, dengan waktu penelitian setidaknya empat minggu. Penelitian telah dilakukan di semua level kelas, pada semua mata pelajaran, semua tipe sekolah, dan untuk kelas dengan pencapaian tinggi, sedang maupun rendah.

2. Unsur–unsur dalam Belajar Kooperatif

Roger dan Johnson (dalam Lie, 2002), menegaskan bahwa tidak semua kerja kelompok dapat dianggap kerja kooperatif. Kerja kelompok dalam belajar kooperatif harus menunjukkan unsur-unsur berikut ini.

1) Saling ketergantungan positif

Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada usaha setiap anggotanya. Untuk menciptakan kerja kelompok yang efektif dosen perlu menyusun tugas sedemikian rupa sehingga setiap anggota kelompok menyelesaikan tugasnya sendiri supaya anggota yang lain bisa mencapai tujuan bersama. Keberhasilan menyelesaikan tugas oleh masing–masing anggota sangat menentukan keberhasilan kelompok.

2) Tanggung jawab perseorangan

Unsur ini merupakan akibat langsung dari unsur pertama. Setelah mahamahasiswa mengetahui bahwa pekerjaan mereka sangat menentukan hasil kelompok maka mereka akan termotivasi untuk memberikan yang terbaik bagi kelompoknya. Mahamahasiswa yang kurang mampu tidak menggantungkan penyelesaian tugas kepada mahamahasiswa yang pandai karena masing–masing mempunyai tanggungjawab sendiri- sendiri.

3) Tatap muka

Setiap kelompok mempunyai kesempatan untuk berkomunikasi dan berdiskusi. Di dalam proses penyelesaian tugas secara berdiskusi ini diharapkan dapat membentuk suatu sinergi yang menguntungkan masing–masing anggota. Dengan demikian diharapkan akan timbul rasa saling menghargai perbedaan, memanfaatkan kelebihan dan mengisi kekurangan masing–masing anggota. Sudah sewajarnya masing–masing anggota mempunyai latar belakang yang berbeda baik pengalaman, keluarga dan sosial ekonomi yang berbeda. Perbedaan ini justru menjadi modal utama dalam proses saling memperkaya pengetahuan. Sinergi ini tidak secara langsung terbentuk melainkan melalui proses yang panjang. Untuk itu mahamahasiswa harus diberi kesempatan untuk saling mengenal dan menerima satu sama lain dalam kegiatan tatap muka dan interaksi pribadi.

4) Komunikasi antaranggota

Unsur ini menghendaki agar pembelajar dibekali berbagai keterampilan komunikasi. Sebelum dosen memberikan tugas yang harus diselesaikan, terlebih dahulu dosen memberikan penjelasan mengenai cara-cara komunikasi dalam berdiskusi. Keberhasilan kelompok sangat tergantung pada kesediaan anggota saling mendengarkan dan kemampuan mereka mengemukakan pendapat. Apabila diperlukan, dosen harus memberikan contoh secara eksplisit mengenai cara-cara berkomunikasi secara efektif seperti bagaimana cara menyatakan pendapat, cara menyanggah pendapat orang lain, cara menolak pendapat orang lain tanpa menyinggung perasaan orang lain, dan lain-lain.

5) Evaluasi proses kelompok

Dosen perlu menjadwalkan waktu khusus bagi kelompok untuk mengevaluasi proses kelompok dan hasil kerja sama mereka sehingga mereka dapat bekerjasama dengan lebih efektif pada waktu-waktu yang akan datang. Evaluasi tidak perlu diadakan setiap kali ada kerja kelompok, melainkan bisa diadakan selang beberapa waktu setelah beberapa kali terlibat dalam pembelajaran secara kooperatif.

3. Membaca Pemahaman

Lundsteen (1989) mengemukakan tingkat membaca pemahaman sebagai berikut: pemahaman literal, pemahaman inferensial, dan pemahaman evaluasional. Pada pemahaman literal, keterampilan yang harus dikuasai antara lain: ketrampilan mengidentifikasi ide pokok, ide penjelas, makna kata, mengenal hubungan sebab akibat, plot, struktur, pernyataan langsung, keterampilan menyebutkan kembali ide pokok, bagian-bagian, rincian plot dan informasi, tokoh, setting, dan keterampilan menganalisis dan mereorganisasikan informasi dengan cara meringkas, mensintesakan, mentrasnfer, menggarisbawahi, mengklarifikasi dan merespon pertanyaan. Pada pemahaman inferensial, keterampilan yang harus dikuasai adalah menginterpretasikan tema, tujuan, pesan, tokoh, alur, dan simbol-simbol, memberikan penafsiran umum terhadap tokoh, sifat tokoh, peristiwa dan informasi, dan filsafat moral, keterampilan memprediksikan hasil, pengembangan karakter, pola bahasa, gaya dan kosa kata. Pada pemahaman evaluasional, keterampilan yang harus dikuasai adalah memberikan pertimbangan filsafat dengan menyatakan setuju atau tidak setuju terhadap penulis, pertimbangan realitas tingkat kemungkinan atau ketidakmungkinan, bukti, alasan, pengalaman, dan memberikan apresiasi dengan cara menyatakan perasaan terhadap isi atau subjek, cerita, alur, kekuatan yang dimiliki penulis, dan memberikan kritik.

Burns dkk. (1996) mengemukakan dua jenis pemahaman dalam membaca, yaitu membaca literal (literal comprehension) dan pemahaman yang lebih tinggi (higher-order comprehension). Pemahaman yang lebih tinggi mencakup: (1) pemahaman interpretatif (interpretative comprehension), (2) pemahaman kritis (critical comprehension), dan (3) pemahaman kreatif (creative comprehension). Pemahaman literal merupakan prasyarat untuk pemahaman yang lebih tinggi yaitu membaca untuk melokalisasikan detil–detil isi bacaan secara efektif. Pengenalan informasi yang dinyatakan merupakan dasar dari pemahaman literal khususnya informasi yang dinyatakan secara tersurat dalam bacaan. Pemahaman interpretatif adalah membaca apa yang tersirat atau membaca untuk interpretasi yang berbeda dengan bahan yang tertulis (reading between the lines). Dalam hal ini pembaca menginterpretasikan inti bacaan, mencari hubungan sebab akibat yang tidak dinyatakan langsung dari teks, maksud penggunaan kata–kata tertentu, alasan pengarang memilih sesuatu, tujuan pengarang, menarik simpulan dan menginterpretasikan bahasa yang bersifat figuratif (Burns dkk., 1996).

Lange (dalam Burns dkk., 1996) menjelaskan bahwa pembaca akan membuat simpulan dari bacaan sesuai dengan skemata mereka, tetapi penting untuk disadari bahwa para mahamahasiswa sulit membuat simpulan, walaupun mereka telah memiliki skemata yang sesuai dengan bahan bacaan. Berdasarkan kedua pendapat tersebut di atas dapat dinyatakan bahwa dalam pembelajaran membaca, kegiatan interpretatif berkaitan dengan membuat simpulan atau menginterpretasikan bacaan yang tersirat. Menarik simpulan berkaitan dengan ketepatan, kecocokan, dan ketepatan. Dalam membuat simpulan, pembaca akan mengaitkan dengan skemata yang dimiliki. Pada pembelajaran di kelas, mahamahasiswa memiliki skemata tetapi mereka tidak dengan mudah bisa membuat simpulan berdasarkan skemata yang dimiliki. Oleh sebab itu, dosen mempunyai peran penting dalam membantu mahamahasiswa memahami isi bacaan dan membuat simpulan berdasarkan skemata yang dimiliki.

Membaca kritis adalah mengevaluasi bahan–bahan tertulis dengan cara membandingkan skemata yang dimiliki pembaca. Membaca kreatif melibatkan aktivitas yang ada di luar materi bacaan yang dihadirkan pengarang (reading beyond the lines). Pembaca melakukan aktivitas berpikir karena membaca seperti ini akan menghasilkan gagasan-gagasan yang baru.

Dari beberapa uraian yang dikemukakan di atas, dapat diketahui bahwa jenis–jenis membaca pemahaman terdiri atas: (1) pemahaman literal atau membaca tersurat (reading on the lines), (2) Pemahaman interpretatif atau membaca secara tersirat (reading between the lines), (3) pemahaman kritis, dan (4) pemahaman kreatif atau membaca di luar teks (reading beyond the lines). Dalam penelitian ini difokuskan pada pemahaman literal dan interpretatif. Pemahaman mahamahasiswa terhadap tokoh yang ada dalam bacaan, sifat dan karakternya, serta latar cerita, merupakan tingkat pemahaman literal. Pemahaman mahamahasiswa terhadap alur cerita dan membuat skema cerita merupakan tingkat pemahaman interpretatif.

G. RENCANA-RENCANA PROSEDUR PENELITIAN

1. Setting Penelitian

Obyek penelitian ini adalah mahasiswa jurusan Sastra Arab Fakultas Sastra Universitas Negeri Malang (UM) semester III yang mengambil matakuliah Qiraah I tahun ajaran 2004-2005. Lokasi penelitian ini terletak di Jl. Surabaya, 06. Waktu penelitian selama delapan bulan dimulai bulan Februari 2005 s/d September 2005.

2. Langkah-Langkah Penelitian:

Penelitian ini direncanakan dalam tiga siklus. Pada masing-masing siklus peneliti bertindak sebagai dosen pengajar dalam kelas sedangkan peneliti lain berkolaborasi dalam mengamati kegiatan dalam kelas dan mendiskusikan pada setiap siklus penelitian. Berikut ini siklus-siklus yang akan ditempuh peneliti:

SIKLUS I

1. Tahap Perencanaan

- Menyusun rencana pembelajaran membaca pemahaman bahasa Arab dengan menggunakan strategi belajar kooperatif

- Memilih teks-teks sastra yang sesuai dengan tingkatan mahasiswa

- Menyiapkan sarana pembelajaran berupa buku, kamus, modul dll

- Menyiapkan format skema atau bagan kosong yang akan diisi mahasiswa

- Menyiapkan materi-materi tes, angket, lembar observasi

- Menyusun materi untuk permainan peran (drama) yang disesuaikan dengan materi yang dibahas

- Membuat alokasi waktu yang sesuai

2. Tahap Tindakan

- Melaksanakan kegiatan pembelajaran

- Dosen membentuk kelompok-kelompok 4 – 6 orang

- Dosen memberikan modul materi cerita

- Dosen memberikan penjelasan aturan mainnya

- Dosen menjelaskan garis besar dari isi cerita disertai peragaan (drama)

- Dosen meminta mahasiswa secara bersama-sama memahami kata-kata dalam cerita, bila perlu dibimbing oleh dosen atau menggunakan kamus

- Dosen memberikan tugas kepada semua anggota dari masing-masing kelompok untuk menjelaskan alur cerita, atau tokoh dan sifat tokoh, atau latar cerita, atau membuat skema cerita, dengan bahasa Arab sederhana dari mereka sendiri

- Setelah masing-masing mempresentasikan tugas tersebut, mereka mendiskusikan kembali topik yang sama dengan kelompok lain

- Hasil diskusi itu dipresentasikan lagi dan dosen memberikan saran-saran dan elaborasi lebih lanjut dari materi terkait

- Untuk lebih memberikan pemahaman atas isi teks, Masing-masing kelompok secara bergiliran memperagakan teks-teks dialog yang dibuat dosen dalam bentuk drama dengan bahasa Arab yang sederhana

- Mahasiswa diminta untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan seputar materi yang sudah didiskusikan dan diperagakan

3. Tahap Pengamatan

- Dosen bersama kolaborator mengamati seluruh tahapan kegiatan mahasiswa

- Perkembangan mahasiswa dalam membaca pemahaman teks-teks cerita, penguasaan kosa kata, penerapan kaidah gramatikal, semua dicatat dalam lembar observasi

- Mengamati secara langsung aktifitas mereka, suasana kelas, kondisi psikologis mereka

- Mahasiswa diminta untuk memberikan pendapatnya tentang perkembangan kompetensinya dalam membaca pemahaman bahasa Arab dan kendala-kendala yang dihadapi. Poin-poin tersebut diambil dari angket yang diberikan pada akhir setiap siklus

4. Tahap Refleksi

- Setiap akhir siklus dosen dan kolaborator membahas input informasi perkembangan yang diperoleh dari hasil tes, angket dan lembar observasi

- Hasil diskusi dijadikan dasar untuk merevisi scenario pembelajaran pada siklus II

SIKLUS II

1. Tahap Perencanaan

- Membuat rencana tindakan berdasarkan hasil tindakan pada siklus I terutama dengan melihat refleksi yang terjadi pada siklus tersebut, dengan menggunakan strategi belajar kooperatif guna memperbaiki kemampuan mahasiswa membaca pemahaman bahasa Arab

- Membuat permainan lain yang lebih menarik minat mahasiswa sehingga mereka merasa enjoy belajar

2. Tahap Tindakan

- Pelaksanaan tindakan sesuai dengan perencanaan yang telah dilakukan

3. Tahap Pengamatan

- Pencatatan hasil pengamatan terhadap tidakan yang diberikan

4. Tahap Refleksi

- Setiap akhir siklus dosen dan kolaborator membahas input informasi perkembangan yang diperoleh dari hasil tes, angket dan lembar observasi

- Hasil diskusi dijadikan dasar untuk merevisi skenario pembelajaran pada siklus III

SIKLUS III

1. Tahap Perencanaan

- Membuat rencana tindakan berdasarkan hasil tindakan pada siklus II terutama dengan melihat refleksi yang terjadi pada siklus tersebut, dengan menggunakan strategi belajar kooperatif guna memperbaiki kemampuan mahasiswa membaca pemahaman bahasa Arab

- Membuat permainan yang lebih menarik dari siklus II dan mendekati sempurna

2. Tahap Tindakan

- Pelaksanaan tindakan sesuai dengan perencanaan yang telah dilakukan

3. Tahap Pengamatan

- - Pencatatan hasil pengamatan terhadap tindakan yang diberikan

4. Tahap Refleksi

- Pada akhir siklus III ini dosen kolaborator membahas dan menganalisis input informasi dari hasil observasi, tes dan angket महासिस्वा

3. Rancangan Penelitian

Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan penelitian tindakan. Penelitian tindakan merupakan suatu bentuk kajian yang bersifat reflektif yang dilakukan oleh pelaku tindakan untuk meningkatkan kemampuan rasional dari tindakan–tindakan sebelumnya, serta untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang terjadi di kelas. Menurut Elliott (1992:54), penelitian tindakan merupakan salah satu alternatif untuk memecahkan masalah yang terjadi dalam proses pembelajaran di kelas. Penelitian tindakan ini mengintegrasikan antara mengajar, mengembangkan pengajaran, mengembangkan kurikulum, evaluasi, penelitian, dan refleksi ke dalam praktik pembelajaran.

Selain itu, Joni (1998) memberikan gambaran bahwa penelitian tindakan kelas merupakan satu bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan rasional dari tindakan yang dipilih untuk memperbaiki kondisi-kondisi praktek pembelajaran yang selama ini dilaksanakan. Cohen dan Manion (1980) menyatakan bahwa sifat penelitian tindakan adalah situasional, kolaboratif, partisipatori, dan evaluasi diri. Penelitian tindakan bertujuan untuk (1) memperbaiki, jika ditemukan masalah pada situasi khusus, (2) memberikan pelatihan dengan keterampilan dan metode baru, (3) memberikan inovasi dan pendekatan dalam pembelajaran, (4) memperbarui hubungan antara dosen sebagai praktisi dengan peneliti, dan (5) memberikan alternatif pemecahan masalah di dalam kelas. Sudarsono (2001), mengemukakan lebih lanjut mengenai karakteristik penelitian tindakan berikut ini.

(1)Situasional, artinya berkaitan langsung dengan kondisi konkret yang dihadapi dosen sehari-hari.

(2)Kontekstual, artinya pemecahan yang berupa model dan prosedur tindakan yang tidak lepas dari konteksnya; baik itu konteks sekolah, dan masyarakat tempat proses pembelajaran berlangsung. Seperti halnya di dalam penelitian ini pembagian kelompok juga memperhatikan jenis kelamin mahasiswa, artinya mahasiswa laki-laki satu kelompok dengan mahasiswa laki–laki demikian sebaliknya kelompok putri.

(3)Kolaboratif, artinya selalu ada partisipasi antara mahamahasiswa, dosen, dan peneliti untuk mencapai tujuan secara bersama-sama.

(4)Refleksi diri dan evaluasi diri, pelaksana tindakan serta objek yang dikenai tindakan melakukan refleksi dan evaluasi diri terhadap kemajuan yang telah dicapai.

(5)Fleksibel, dalam penelitian ini memberikan sedikit kelonggaran dalam pelaksanaan kaidah metodologi tanpa meninggalkan prinsip–prinsipnya. Misalnya tanpa ada prosedur pengambilan sampel dan pengumpulan data lebih bersifat reflektif.

4. Data dan Sumber Data

Data dalam penelitian ini berupa data proses dan data produk. Data proses merupakan data yang menunjukkan kegiatan mahasiswa dalam melaksanakan diskusi kelompok, melaksanakan tutorial antarteman dan melaksanakan pelaporan hasil diskusi kelompok selama pembelajaran memahami alur cerita, tokoh dan sifat tokoh, memahami latar cerita serta membuat skema cerita dari bacaan yang telah dibaca. Data produk merupakan data yang menunjukkan hasil kerja kelompok dalam memahami alur cerita, latar cerita, tokoh dan sifat tokoh, serta skema cerita.

Sumber data dalam penelitian ini terdiri dari sumber data primer dan sumber data sekunder. Sumber data primer berupa seluruh peristiwa yang terjadi dalam proses pembelajaran baik yang dilakukan dosen, maupun mahasiswa di kelas. Sedangkan sumber data sekunder berupa hasil kerja kelompok dalam memahami alur cerita, latar cerita, tokoh dan sifat tokoh, serta membuat skema cerita.


5. Instrumen Penelitian

Instrumen utama dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri mengingat penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas. Instrumen penunjangnya adalah: (1) pedoman observasi untuk memudahkan pengamatan pada seluruh kegiatan dosen dan mahasiswa pada saat mendeskripsikan tokoh dan sifat tokoh, latar cerita, alur cerita, serta membuat skema cerita yang telah dibaca, untuk menjamin tingkat akurasi pengamatan dibutuhkan alat perekam (tape recorder) untuk mengetahui kemampuan pronunciation dan ketepatan i’rab, (2) tes untuk mengetahui hasil capaian tindakan yang telah diberikan. Tes ini dirancang oleh peneliti untuk mengetahui kemampuan mahasiswa membaca pemahaman teks-teks cerita bahasa Arab dan kemampuan penguasaan kosa kata yang telah dipelajari. dan (3) pendokumentasian untuk menunjang penginterpretasian data melalui angket yang diberikan setiap akhir siklus.

Penelitian yang instrumen utamanya adalah peneliti sendiri, menurut Bogdan dan Biklen (1982) termasuk penelitian kualitatif. Oleh karena itu, penelitian ini termasuk penelitian yang bersifat kualitatif.

6. Analisa Data

Teknik Analisis data dilakukan dengan menggunakan teknik analisis yang dikemukakan oleh Miles dan Huberman (1992). Analisis yang dilakukan terdiri dari tiga alur kegiatan yang terjadi secara bersamaan, yaitu reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan atau verifikasi.

Pada reduksi data dilakukan proses pemilihan, pemusatan perhatian, penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data kasar yang muncul di lapangan. Dalam hal ini kegiatan yang dilakukan adalah menajamkan, menggolongkan, mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasikan data sedemikian rupa hingga dapat diambil simpulan.

Penyajian data merupakan suatu kumpulan informasi yang tersusun sehingga memberi kemungkinan adanya penarikan simpulan dan pengambilan tindakan. Pada dasarnya dalam pelaksanaan penelitian ini, peneliti bergerak di antara keempat komponen tersebut yakni pengumpulan data, reduksi data, penyajian data, dan penarikan simpulan. Peneliti mula-mula melakukan pengamatan yang mendalam di kelas mencakup segala kegiatan dosen dalam membangkitkan skemata mahasiswa, menjelaskan topik dan tujuan di awal pembelajaran, memperkenalkan cara bekerja kelompok secara kooperatif, membagikan bahan cerita, menentukan kelompok, melakukan pendampingan dan pengarahan saat diskusi kelompok sampai pada peran dosen dalam tahap pelaporan hasil diskusi kelompok. Pada saat melakukan pengamatan tersebut, peneliti sekaligus memilih data yang akan dipakai, memusatkan perhatian pada data yang mendukung tujuan penelitian, dan menggolong-golongkan data sesuai dengan tujuan penelitian. Di dalam proses tersebut peneliti juga melakukan pemberian makna atau interpretasi pada data yang muncul pada tiap-tiap tahap sehingga mudah dipahami pada tahap penyajian.

Setelah data cukup untuk disajikan, peneliti menarik simpulan sementara, kemudian melakukan triangulasi data berupa diskusi dengan dosen, diskusi dengan ahli. Setelah hasil simpulan sementara ditriangulasikan, kemudian peneliti melakukan pengambilan simpulan akhir.

Secara khusus data yang diperoleh dari angket, tes dan observasi dianalisis dengan dua cara yaitu analisis kuantitatif deskriptif dan kualitatif. Analisis kuantitatif dilakukan pada data berupa skor yang berasal dari tes tertulis, seperti tes kosakata, tes pemahaman dengan tejemah, yaitu dengan mencari rata-rata kelas (means) guna membandingkan tingkat keberhasilan atau peningkatan kompetensi. Demikian juga data yang diperoleh dari angket dianalisis dengan menghitung jumlah prosentase setiap item dalam angket penelitian.

Sedangakan kualitatif digunakan pada hasil observasi kelas pada akhir tiap tiap siklus yaitu pada tahap refleksi pada siklus I, II, dan III।

Daftar Pustaka

Azies, Furqonul dan A. Chaedar Al Wasilah. 2000. Pengajaraan Bahasa Komunikatif: Teori dan Praktek. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Bogdan, R C dan Biklen, S K. 1982. Qualitative Research For Education: an Introductory to Theory and Methods. Boston :Allyn and Bacon.

Burns, dkk. 1996. Teaching Reading in Today’s Elementary Schools. Boston: Houghton Mifflin Company.

Elliott, John. 1992. Action Research For Education Change. Millton Keynes: Philadelphia Open University Press.

Fananie, Zainuddin. 2001. Telaah Sastra. Surakarta: Muhammadiyah University Press.

Foot C. Hugh, Michelle J. Morgan, Rosalynn H. Shute.1990. Children Helping Children. New York: John Wiley & Sons.

Ghazali, A. Syukur. 2002. Penerapaan Paradigma Konstruktivisme Melalui Strategi Belajar Kooperatif dalam Pembelajaran Bahasa. Dalam Jurnal Sumber Belajar. No. I Th. 9 September 2002. Malang: Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Pembelajaran.

Harris, Albert J and Edward R. Sipay. 11975. How to Increase Reading Ability. 7th Edition. London: Longman.

Kindsvatter, Richard. 1996. Dynamics of Effective Teaching. London: Longman Group Ltd.

Legutke, Michael and Howard Thomas. 1991. Process and Experience in the Language Classroom. London.

Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning: Mempraktikkan Cooperative Learning di Kelas- Kelas. Jakarta: Grasindo.

Lundsteen, Sara W. 1989. Language Arts A Problem Solving Approach. New York: Harper and Row Publishing.

Miles, Mattew B and A. Michael Huberman.1992. Analisis Data Kualitatif. Diterjemahkan oleh Tjetjep Rohendi R. Jakarta: UI Press.

Nunan, David. 1999. Second Language Teaching and Learning. Boston: Heinle and Heinle Publisher.

Oja, Sharon Nodie aand Lisa Smulyan. 1989. Collaborative Action Research: a Developmental Process. Great Britain: Taylor aand Francis Ltd.

Ruddel, Martha, Rapp. 1993. Teaching Content Reading and Writing. Boston: Allyn and Bacon.

Sudarsono, Fx. 2001. Aplikasi Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PAU-PPAI-UT.

Ur, Penny.1996. A Course in Language Teaching. Great Britain: Cambridge University Press.

Utomo, Padi. 1998. Strategi Belajar Secara Koperatif dalam Pembelajaran Membaca Pemahaman Bacaan Ilmu Pengetahuan di Kelaas VI Sekolah Dasar. Tesis tidak diterbitkan. Malang: IKIP Malang.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar